indopos.co.id – Kondisi naiknya (refluks) asam lambung dari perut ke kerongkongan secara kronis sering menyebabkan rasa asam di mulut. Itu karena katup di ujung kerongkongan, tepatnya di bagian sfingter esofagus bagian bawah, tidak menutup saat makanan sampai di perut.
Rasa tidak enak pada bagian perut dan dada menjadi salah satu gejala penyakit GERD. Saat ini, banyak orang yang telah didiagnosis mengidap Gastroesofageal Reflux Disease (GERD).
Ternyata, GERD dan serangan saling berkaitan. Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan Eka Hospital Bekasi Dicky Soehardiman menjelaskan, ketika refluks asam terjadi, asam lambung mengalir kembali melalui kerongkongan ke tenggorokan.
Dia mengatakan, itu terjadi karena refluks asam lambung dapat menimbulkan rangsangan ke laring sehingga menyebabkan asma kambuh. ”Harusnya tidak ada. Tapi pada pasien GERD, kekambuhan asma bisa muncul dicetuskan oleh GERD,” ujarnya dalam webinar bersama Eka Hospital Bekasi, belum lama ini.
Jika GERD yang dialami memicu asma kambuh, maka cara pencegahannya adalah mengontrol gejala asam lambung dengan perubahan gaya hidup. Mulai dari mencegah berat badan terus bertambah hingga mengubah kebiasaan buruk ketika makan.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi Hepatologi dari RS Pondok Indah – Pondok Indah dr Femmy Nurul Akbar, Sp. PD-KGEH mengatakan, tingkat keparahan GERD tergantung dari kelemahan katup bawah serta jumlah makanan dan asam lambung yang kembali ke esofagus/ kerongkongan. Asam lambung tersebut dapat memicu peradangan dan mengiritasi lapisan dalam kerongkongan.
GERD biasanya memiliki gejala yang mirip dengan penyakit maag seperti nyeri ulu hati, mual muntah, kembung dan begah. Namun gejala yang khas seperti sensasi terbakar di dada yang terkadang menjalar ke kerongkongan.
”Rasa terbakar ini dapat berlangsung selama dua jam dan umumnya memberat setelah makan,” urainya. Kebiasaan langsung berbaring setelah makan juga dapat memperberat gejala.
Sensasi tersebut bisa juga disertai dengan rasa asam atau pahit di mulut, nyeri dada, sulit menelan, batuk kering, dan nyeri tenggorokan serta suara serak. Sedangkan gejala cemas merupakan salah satu penyebab atau justru akibat gejala GERD yang tidak membaik.
Pengobatan GERD bisa dimulai dari perubahan gaya hidup, perubahan pola makan, dan diikuti dengan mengonsumsi obat-obatan. Tujuannya, untuk mengurangi jumlah refluks atau kerusakan pada lapisan kerongkongan dari bahan refluks.
Menghindari makanan dan minuman yang dapat melemahkan otot katup kerongkongan bawah sering direkomendasikan juga oleh dokter. Makanan itu termasuk cokelat, peppermint, makanan berlemak, kopi, dan minuman beralkohol, juga menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi lapisan esofagus, antara lain jeruk, tomat, dan merica.
Tidak hanya memilih makanan, mengurangi porsi dan mengatur frekuensi makan sebaiknya juga dilakukan untuk mengontrol gejala GERD. “Makanlah setidaknya dua atau tiga jam sebelum tidur untuk mengurangi refluks. Hal ini dapat membantu asam lambung turun dan membantu lambung mengosongkan diri,” sarannya.
Kemudian, kelebihan berat badan ternyata juga bisa memperburuk gejala GERD? Maka itu, jagalah berat badan agar tetap ideal dan perbanyak aktivitas fisik.
Dia menambahkan, merokok juga ternyata dapat melemahkan otot katup kerongkongan bawah. Maka, hentikanlah kebiasaan merokok.
Selain itu, ubah posisi tidur menjadi posisi yang agak duduk atau dengan bantal yang agak tinggi, untuk membantu mengurangi gejala. Refluks sulit terjadi akibat gravitasi.
Dengan mengandalkan gravitasi, isi lambung tidak akan mudah kembali ke esofagus. Selain mengubah kebiasaan yang bisa memicu asam lambung, dokter biasanya akan meresepkan obat untuk mengurangi produksi asam lambung dan mencegah naiknya asam lambung ke kerongkongan. ”Hal yang harus menjadi perhatian, konsumsilah obat sesuai dengan anjuran dokter,” imbaunya.
Anak Juga Bisa Kena
Tidak hanya diderita orang dewasa, GERD ternyata juga bisa menyerang anak-anak. Dokter Spesialis Anak sekaligus Konsultan Gastroenterologi Hepatologi Anak di RS Pondok Indah Bintaro Jaya dr Frieda Handayani K.,Sp.A(K) menjelaskan, bayi juga bisa mengalami GERD.
Itu bisa terjadi, karena otot pada ujung kerongkongan belum cukup kuat. ”GERD pada bayi akan berkurang seiring waktu. Karena otot kerongkongannya akan semakin kuat,” jelasnya.
Selain bayi, GERD juga bisa terjadi pada anak-anak. ”GERD pada anak terjadi karena adanya tekanan dari bawah kerongkongan atau otot kerongkongan yang melemah,” tambahnya.
Jika terjadi pada anak, lanjutnya, orang tua harus memikirkan kemungkinan adanya intoleransi makanan, eosinophilic esophagitis (inflamasi yang terjadi pada esophagus), serta kelainan anatomi lambung. ”GERD pada anak bisa terjadi karena kebanyakan produk susu misalnya. Sehingga gas dari lambung naik ke atas. Atau kurangnya aktivitas fisik, sehingga otot-otot organnya tidak kuat,” tuntasnya. (dew)
Credit: Source link