Kenangan Ilham Bintang tentang Remy Sylado

Kenangan Ilham Bintang tentang Remy Sylado

Terakhir Bertemu, Curhat Tak Pernah Dapat Kartu PWI

JawaPos.com – Ilham Bintang kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan. Sehari-hari dia berbahasa Bugis. Tapi, wartawan senior itu ingat benar bagaimana suatu hari Remy Sylado mengoreksi pengucapan kata saudara kandung dalam bahasa Bugis.

Padahal, kata tersebut sudah lama dikenal dan banyak diucapkan orang Bugis. ’’Jadi, mendiang kemudian menjelaskan secara argumen dan setelah kami cek ternyata beliau yang benar,’’ ucapnya setelah menghadiri pemakaman Remy Sylado di TPU Menteng Pulo, Jakarta Pusat, kemarin (13/12).

Remy yang meninggal Senin (12/12) siang di kediamannya di Jakarta Timur karena sakit itu disebut Ilham sebagai sosok yang langka. Sosok menguasai lintas bidang dengan sama baiknya.

’’Dia poliglot sejati. Saya kira tidak banyak orang seperti Remy Sylado dan itulah kekayaan tiada dua mendiang,’’ ujar pelopor jurnalistik infotainment tersebut.

Remy, selain dikenal sebagai seorang munsyi, adalah juga novelis, penyair, esais, penulis lakon, aktor, sekaligus dosen. Ca-Bau-Kan, salah satu novelnya, diangkat ke layar lebar oleh sutradara Nia Dinata. Penampilannya dalam film Tinggal Sesaat Lagi, Akibat Kanker Payudara, serta 2 dari 3 Laki-Laki membawanya masuk nominasi Piala Citra dalam kategori Aktor Pendukung Terbaik.

Buku karya pria yang terlahir dengan nama Japi Panda Abdiel Tambajong itu, 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia Adalah Asing, juga menjadi semacam pegangan bagi peminat atau pengkaji bahasa Indonesia. Semasa menjadi wartawan majalah musik Aktuil, Remy yang kondisi kesehatannya menurun selama dua tahun terakhir itu juga menjadi lokomotif penggerak apa yang dikenal sebagai puisi mbeling.

Benny Arnas, penulis dan penggiat literasi, menyebut pria yang meninggal dalam usia 77 tahun itu sebagai living library atau perpustakaan berjalan. ’’Ia bisa menjadi seorang sastrawan, sejarawan, linguis, ahli agama, hingga musisi dengan pengetahuan dan dalil yang presisi,” kata Benny kepada Jawa Pos secara terpisah.

Ilham mengaku sangat mengagumi Remy. Kepada pria kelahiran Makassar berdarah Manado itu, Ilham pernah menyebut mungkin hanya menari yang tidak dia kuasai. ’’Eh, dia koreksi, ternyata menari juga dilakukannya,’’ bebernya.

Ilham terakhir bertemu Remy saat sama-sama menjadi juri dalam lomba sebuah film. Saat itu mendiang menyampaikan curahan hatinya bahwa selama menjadi wartawan sekian puluh tahun tidak pernah mengantongi kartu anggota PWI.

’’Terus minggu depannya beliau saya undang ke kantor dan kita beri kartu PWI. Karena secara jujur pengakuan dia sebagai wartawan itu lahir sebelum pemimpin PWI yang sekarang-sekarang ini ada,’’ katanya.


Credit: Source link

Related Articles