“Teknologi dari kendaraan listrik ini masih mahal. Mudah-mudahan dengan pelayanan charging station ini bisa diberikan harga yang murah dan bersaing, serta juga menjadi faktor ekonomi bagi masyarakat Indonesia,” kata I Made dalam jumpa pers daring, Selasa.
“Ini yang menurut saya sangat penting. Karena selain zero emission, kita juga melihat bagaimana pemakaian dengan harga terjangkau ini menjadi penting bagi masyarakat,” ujar pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menambahkan.
Pria yang juga merupakan presiden Institute Otomotif Indonesia dan Founder sekaligus CEO IBIMA itu mengatakan, terdapat beberapa poin lainnya dalam menyikapi kehadiran Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di Indonesia.
Pertama, menurutnya bisa dilihat dari kesiapan regulasi pemerintah yang sifatnya dari hulu ke hilir. “Dari end-to-end, hulu ke hilir, ini sudah harus disiapkan material, perakitan, baterai, motor, hingga pelayanan ke pelanggan. Peraturan dan standar harus disiapkan,” katanya.
Selanjutnya, adalah bagaimana edukasi dan sosialisasi kepada pelanggan. Menurut I Made, sosialisasi dan edukasi sangat penting, mengingat kendaraan listrik mengusung banyak teknologi baru yang mungkin masih asing bagi masyarakat kebanyakan.
Poin berikutnya adalah rantai pasok yang perlu digerakkan pula dari hulu ke hilir. “Bicara tentang TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri), ini adalah bagaimana perannya ikut mensejahterakan masyarakat Indonesia melalui produk buatan dalam negeri. Ini menjadi penting sehingga bisa kita dukung aplikasi EV ini menjadi sesuatu yang bermanfaat nyata bagi masyarakat,” paparnya.
Menambahkan, Chief Operational Officer Hyundai Gowa, Sigit Wahyu Anggoro mengatakan, pihaknya melalui Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution bersama pemerintah Indonesia sudah melakukan kerja sama untuk melakukan produksi baterai listrik di Indonesia, yang rencananya akan mulai berproduksi di tahun 2024.
“Ini akan menjadi kabar baik dan jawaban atas pertanyaan Bapak I Made, karena tidak hanya pabrik Hyundai saja, tapi juga pabrik baterai, sehingga harapannya harga mobil listrik bisa semakin terjangkau,” kata Sigit.
“Dengan harga yang makin terjangkau, pengguna semakin banyak, otomatis itu akan semakin memperbesar ekosistem kendaraan listrik itu sendiri, dan target pemerintah akan 2,2, juta mobil listrik di 2030 akan makin mudah tercapai,” imbuhnya.
Baca juga: EVCuzz targetkan bangun 70 SPKLU di Indonesia tahun ini
Baca juga: Harga dan kesiapan infrastruktur jadi tantangan adopsi EV di Indonesia
Baca juga: EU-Asean Business Council dorong percepatan transisi energi di ASEAN
Pewarta: A087
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021
Credit: Source link