Istana Negara
Jakarta – Presiden Jokowi lebih mengutamakan kerja ketimbang bicara melalui mimbar di Istana Negara. Padahal, semboyan kerja, kerja, kerja pada kebinet Jokowi belum tentu dapat menyelesaikan masalah. Lalu apa jadinya jika mimbar di Istana Negara terus membisu?
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan, jika mimbar di Istana Negara terus membisu, justru menyampaikan aura kelemahan dan keputusasaan pemerintah terhadap rakyatnya.
“Alangkah malang nasib kita. Karena istana tidak memancarkan aura kebangkitan tapi kelemahan dan keputusasaan,” kata Fahri, melalui akun twitternya di @fahrihamzah, Rabu (18/10).
Padahal, kata Fahri, berbicara menjadi tugas utama bagi seorang kepala negara yang berpenduduk besar dan tersebar. Dimana, bangsa ini terbentuk karena pidato dan solidaritas sebagai bangsa Indonesia dibangun melalui narasi yang mengalir dari lidah pemimpin.
“Sekarang penduduk Indonesia tambah banyak, wilayah kita luas tapi terancam berkurang oleh banyak alasan. Salah satu sebabnya adalah karena setiap pagi kita bangun kita tidak melihat seseorang berbicara dengan lantang,” kata Fahri.
Sebab, kata Fahri, setiap pagi bangun, bangsa Indonesia hanya disuguhi informasi atau berita soal tangkap tangan. Dan tak seorangpun bisa menjelaskan kenapa hal itu terus berjalan.
Menurutnya, hal itu menunjukkan seorang pemimpin yang membiarkan bangsanya dengan ketidakpastian. “Nanti begitu ada masalah, presiden memberi keterangan singkat, “jangan gaduh” padahal masalah gak selesai. Padahal, menunda masalah adalah merakit bom waktu. Wallahualam,” tutupnya.
TAGS : Istana Negara Presiden Jokowi Fahri Hamzah
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/23419/Ketika-Mimbar-Istana-Negara-Membisu/