Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirodj dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto
Jakarta, Jurnas.com – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH Said Agil Siradj menyebut tak ada dikotomi antara Islam dan Nasionalis. Justru keduanya adalah satu kesatuan.
Kata Kang Said, NU sebagai organisasi keislaman terbesar di Indonesia sangat bersahabat dengan PDI Perjuangan yang berakar dari Proklamator RI Bung Karno. Bahkan NU dan PDI Perjuangan (PDIP) sudah bergandengan tangan sejak Indonesia berdiri dan merdeka.
“Antara NU dengan PDIP yang nasionalis sangat-sangat bersahabat. Jika seandainya tidak bergandengan santri dan nasionalis, belum tentu merdeka Indonesia,” kata Kiai Said di Pondok Pesantren Al Tsafaqah di Jakarta Selatan, Selasa (8/10/2019) malam.
Ada sekitar seribuan santri yang hadir pada moment silaturahmi antara santri pondok pesantren yang diasuh Kiai Said tersebut dengan DPP PDI Perjuangan.
Rombongan partai itu dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto, bersama sejumlah kader partai itu. Diantaranya adalah Gus Nabiel Haroen yang juga Ketua Pencak Silat NU Pagar Nusa, Sekjen Baitul Muslimin Indonesia Gus Falah Amru yang hadir bersama Wasekjennya Rahmat Sahid, dan beberapa anggota DPRD DKI Jakarta.
Kang Said menuturkan, dahulu Bung Karno selalu banyak meminta masukan dari para kiai NU. Salah satunya adalah KH Wahab Chasbullah yang ditemui Bung Karno pada 1948. Saat itu kondisi negara sedang berada di ambang perpecahan. Dari keduanya, lahirlah istilah halal bihalal yang hingga saat ini dipakai.
“Saat itu terminologi halal bihalal muncul dari Kiai Wahab untuk menjawab permintaan Bung Karno untuk adanya silaturahmi antartokoh,” ujarnya.
Kepada para santri, Kiai Said menyampaikan bahwa NU menolak NKRI bersyariah. Diceritakannya kisah saat KH Wahid Hasyim ber-istiqarah dan setuju dihapusnya tujuh kata dari Piagam Jakarta. Dengan sebuah visi bahwa lebih penting memastukan Indonesia yang kuat terlebih dahulu.
Menurut Kiai Said, yang sangat penting adalah justru NU dan Nasionalis yang memang sudah ada sejak NKRI berdiri.
“Bahwa NKRI, Pancasila, dan UUD 1945 sudah final. Maka lebih baik kita isi saja kemerdekaan ini dengan amal-amal Islam,” tegas Kang Said.
“Jadi persahabatan NU dengan kaum Nasionalis sangat penting harus kita jaga. Kalau tidak nanti kita seperti Timur Tengah,” lanjutnya.
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengatakan ada sejarah panjang antara Soekarnois dengan Nahdliyin. Maka itu, bisa dipahami banyak pihak yang tak senang ketika keduanya bersatu.
“Ketika Soekarnois dan Nahdliyin bersatu, banyak pihak tidak senang. Kita harus menjawab tantangan ini bersama-sama,” kata Hasto.
“Maka fitnah bahwa PDI Perjuangan anti Islam sudah jelas tak benar. Bagaimana mungkin anti Islam, terbukti PDI Perjuangan dekat dengan NU,” jelas Hasto Kristiyanto.
TAGS : NU PDIP Santri Nasionalis
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/60576/KH-Said-Agil-Sejak-Dulu-Hubungan-PDIP-dan-NU-Sangat-Dekat/