Wati binti Usep
Jeddah, Jurnas.com – Entah dengan kalimat apa harus aku mulai ceritakan kisah hidup ku di negeri orang. Pasrah dan mengelus dada yang bisa dilakukan.
Kerinduanku akan kampung halaman seakan mimipi yang harus aku bayar mahal. Tidak seorang pun peduli keadaanku, apalagi diantara mereka yang merasa kasihan.
Perih perjalanan ini bak lukisan di dinding kamar. Tak seorang pun mengerti, bahkan aku sendiri, kenapa harus bernasib semalang ini.
Air mata tak lagi ada artinya, tuhan, masih keturunan anak adam kah mereka. Atau karena marga Al-Ganem sehingga tak satu pun dari keluarga itu punya nurani.
Oh ya sampai lupa, mungkin ada baiknya aku perkenalkan diri dulu.Namaku Wati bin Usep, kelahiran Garut 12 Oktober 1988 atau saat ini umurku sekitar 31 tahun.
Aku adalah warga kampung Panyingkiran Kecamatan Candra merta Kabupaten Garut Jawa Barat.
Kedatanganku ke Arab Saudi dari Indonesia tentu untuk bekerja demi keluarga yang ku cinta, ekonomi lebih baiklah yang jadi tujuan utama. Namun semua tinggallah duka nestapa.
Di Kertas Perjanjian Kerja(PK). Majikaku bernama Maudy Abdullah Al Ganem dan tinggal di Jeddah, nomer pasport AM 848649, namun aku harus bekerja di keluarga Mahdi al Qahtani profesi sebagai tentara di kota Abha.
Gaji lancar, hanya saja komunikasi keluarga harus sembunyi-sembunyi, gerak-geriku dibatasi dan diawasi, demikianlah realita yang harus ku hadapi.
Segala upaya terus dilakukan keluarga, BNP2TKI, harapan agar negara hadir melindungi, tak lupa melalui kordinator ketenagakerjaan KJRI Jeddah, aku bermohon agar bisa di evakusi.
Munajat malam kehadiratnya pun terus kulakukan, 10 tahun jawaban itu belum aku dapatkan, ya Alloh sampai kapan aku terkurung ketidakadilan.
Wahai pengusa dibelakang meja, ulurkan tanganmu, raih jemariku. Bebaskan aku. (Ahyar)
TAGS : Wati binti Usep Pekerja Migran Indonesia Abha
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/56496/Kisah-Nestapa-Wati-10-Tahun-Meradang-di-Kota-Abha/