JawaPos.com–Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) meminta agar pihak terkait mewaspadai angkutan Natal dan Tahun Baru 2023. Selain mudik, pada momen nataru, sebagian besar angkutan bus akan dimanfaatkan untuk kepentingan wisata.
Senior Investigator KNKT Achmad Wildan meminta agar perusahaan otobus (PO) wisata pun diwaspadai penggunaan armadanya. Hal tersebut karena sebagian besar PO bus wisata tidak memiliki pengemudi tetap seperti bus AKAP. Sehingga para pengemudi kemungkinan tidak begitu paham dengan sistem bus yang akan dibawa. Di antaranya terkait sistem rem bus.
”Beberapa kali terjadi kecelakaan itu karena pengemudinya tidak biasa membawa kendaraan dengan sistem rem yang berbeda,” ungkap Achmad Wildan.
Selain itu, lanjut Wildan, juga harus dicermati terkait dengan waktu kerja para pengemudi bus wisata. Mereka banyak yang kelelahan karena mengemudi dalam waktu yang cukup relatif lama. Bahkan ada yang selama 3 hari 3 malam, tanpa jeda waktu istirahat yang cukup. Hal tersebut seperti pada kasus kecelakaan maut di Mojokerto.
”Jadi, Kemenhub harus melakukan ramcek, memastikan kelaikan kendaraan. Tapi, kalau saya yang lebih khawatirkan adalah pengemudinya. Karena kalau kendaraannya itu sudah banyak yang memenuhi persyaratan teknis laik jalan,” jelas Achmad Wildan.
Menurut dia, pengemudi bus wisata sebagian besar juga tidak paham dengan rute yang dilewati. Baik ada turunan panjang maupun sebagainya. Hal tersebut karena memang bus wisata dapat dibawa ke mana pun dan tidak ada lintasan maupun trayek, berbeda dengan bus antarkota antarprovinsi.
”Kalau bus AKAP kan pasti setiap hari beroperasi dan lintasannya pun tetap. Tapi, kalau bus wisata kan tidak, tergantung ada order atau tidak,” terang Achmad Wildan.
Dia merekomendasikan PO bus wisata memiliki sistem manajemen keselamatan (SMK) untuk memastikan pengemudi, lintasan, dan sebagainya. Ketika mendapat order, PO bus wisata harus memperhitungkan untuk pengemudi paham lintasan yang akan didatangi. Termasuk paham teknologi bus yang akan dibawa. Mulai dari sistem rem dan lainnya.
”Juga kontrak kerja, kontrak wisatanya. Jangan sampai perjalanan 3-4 hari muter-muter tidak ada istirahat yang cukup. Karena kalau seperti itu yang kasihan pengemudinya dan itu seperti kasus di Mojokerto,” beber Achmad Wildan.
Wildan menambahkan, bagi pengemudi pengguna jalan yang lewat tol, khususnya kendaraan pribadi agar waspadai genangan. Sebab, hal tersebut sangat berisiko aqua planing. Diharapkan, saat hujan atau ada genangan, pengemudi melaju tidak melebihi kecepatan 70 kilometer per jam.
”Kemudian, kalau terkait pecah ban, semua pecah ban pada kendaraan pribadi itu disebabkan karena tekanan angin kurang. Jadi, diharapkan agar sering-sering mengecek tekanan angin pada saat di rest area atau lainnya,” papar Wildan.
Sementara itu, pengamat transportasi sekaligus akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno mengungkapkan, pada momen nataru diprediksi paling banyak untuk kepentingan wisata. Karena itu, dia pun meminta agar semua bus wisata diawasi. Bahkan, sekitar 40 persen tidak punya kartu pengawas armada.
”Banyak bus wisata yang tidak layak. Banyak bus wisata bermasalah itu bukan di sopir, tapi pengusaha. Hanya anehnya, pengusaha tidak pernah kena. Padahal seharusnya mereka tanggung jawab, tidak punya izin kok bisa berjalan,” ucap Djoko Setijowarno.
Editor : Latu Ratri Mubyarsah
Reporter : sugih mulyono/JPK
Credit: Source link