BAK gadis remaja molek. Menurut Anthony Utomo, itulah perumpamaan yang cocok untuk daya tarik ekonomi Indonesia bagi dunia. Dengan populasi 270 juta jiwa, Indonesia berpeluang menjadi salah satu pilar ekonomi global.
Potensi itu bisa jadi pedang bermata dua. Jika salah arah, Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi perusahaan asing. Manfaat yang seharusnya dirasakan dari sisi produsen tidak muncul. ’’Kalau tidak segera bertindak, kita hanya menjadi penonton pertumbuhan ekonomi di negara sendiri,’’ ujarnya kepada Jawa Pos.
Untuk menghindarinya, peran generasi muda menjadi penting. Pria kelahiran 1986 itu menilai setiap pemuda bakal tahu apa yang dibutuhkan untuk menangkap potensi tersebut. Itulah yang disadarinya sejak enam tahun lalu.
Saat itu Anthony dipasrahi Darmawan Utomo untuk menyelamatkan bisnis atap milik ayahnya tersebut. Lulusan Central Washington University itu memilih menggarap segmen proyek dan bisnis. Bukan lagi perumahan yang selama ini menjadi pasar tradisional. ’’Enam tahun lalu kami dapat permintaan untuk memasang panel solar di atap mereka,’’ jelasnya.
Ketika itu teknologi energi tenaga surya masih asing. Anthony sudah mencoba merekrut vendor lokal untuk membantu mereka memasang teknologi energi baru terbarukan (EBT). Hasilnya amburadul. Alhasil, dia harus nyemplung langsung agar tidak mengecewakan kliennya. Dengan ilmu hampir nol, susah payah Anthony mengenal teknologi energi surya. “Tentu saja kami dibantu banyak pihak. Salah satunya, LSM (lembaga swadaya masyarakat) dari Belanda yang mengajari kami cara memasang panel solar dengan baik,” ungkapnya.
Dari sana, lahirlah lini bisnis energi di perusahaannya. Saat implementasi energi surya mulai marak tiga tahun lalu, Anthony sudah siap. Wakil ketua umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) itu sudah memiliki 100 karyawan yang menangani bisnis pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap.
Credit: Source link