Kontraksi di Jakarta Akibat PSBB Berdampak ke Nasional

JawaPos.com – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tengah memantau perkembangan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta yang baru saja diberlakukan mulai 14 September 2020. Sebab, sekitar dua pekan lagi kuartal-III tahun ini akan berakhir.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut, pemerintah tengah melakukan monitoring dan melihat data-data yang berhubungan dengan mobilitas dan aktivitas ekonomi selama penerapan PSBB. “Sesuai yang diumumkan, PSBB sifatnya pada beberapa yang ditengarai sebagai pusat penyebaran Covid-19 yakni perkantoran,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/9).

Sri Mulyani memaparkan, penerapan PSBB DKI Jakarta kali ini berbeda dari penerapan PSBB pada pertama kali saat Maret 2020. Saat ini, perkantoran hanya dibatasi kapasitasnya menjadi 25 persen.

“Artinya PSBB sekarang berbeda dari situasi pada Maret dan April yang waktu itu memberikan situasi dimana seluruh kegiatan masyarakat terhenti. Sekarang kita melihat skalanya menurun,” ujarnya.

Meskipun demikian, PSBB Jakarta saat ini tetap memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi. “Namun, tone-nya kita melihat kemungkinan bahwa dalam kisaran ini karena adanya seperti terjadi di DKI, kita siapkan kemungkinan berada di lower end,” ucapnya.

Namun, proyeksi pemerintah terkait ekonomi di kuartal-III 2020 masih belum berubah yakni dalam kisaran 0 persen hingga -2,1 persen. “Nanti kita lihat berdasarkan assessment kita terhadap pergerakan 2 minggu ini. Kita harap enggak terlalu jauh penurunannya,” terangnya.

Sri Mulyani menambahkan, DKI Jakarta sendiri merupakan provinsi dengan kontribusi terhadap PDB cukup besar, sekitar 17 persen. Artinya, jika kontraksi ekonomi Jakarta tinggi, maka kondisi tersebut akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap ekonomi nasional.

Kontraksi ekonomi DKI Jakarta pada kuartal-II 2020 sudah cukup dalam yakni -8,2 persen. “Saya harapkan tidak ada penurunan pada September ini sehingga kontraksi DKI pada kuartal-III 2020 diharapkan akan lebih rendah dari atau jauh lebih kecil dibandingkan kontraksi pada kuartal-II 2020,” tukasnya.

Editor : Estu Suryowati

Reporter : Romys Binekasri


Credit: Source link