Kopi Terlalu Berharga untuk Tidak Diutek-utek

by

in

Menyimpan kopi di freezer, menggudangkan sekontainer kopi hingga 12 tahun, sampai membongkar mesin espreso Italia. Wahyu Bagus Widodo menabrak pakem lazim di dunia perkopian demi memuaskan rasa ingin tahunya.

FAHMI SAMASTUTI, Surabaya

KALAU diibaratkan anak sekolah, kopi Kintamani yang disajikan Wahyu dua pekan lalu itu sudah lulus SMA. Biji-biji kopi itu disimpan selama 12 tahun. Tanpa perlakuan apa pun.

”Coba dicicip saja. Tetap kerasa Kintamani kok, tapi ada sedikit apeknya,” kata Wahyu Bagus Widodo kepada Jawa Pos saat kali pertama menemuinya dua pekan lalu (12/3).

Rasa citrusy dengan aroma sedikit mirip ketan hitam tercecap. Ada aroma apek, tapi tipis. Tak sampai mengganggu. Ketika ditambah gula, rasa jeruk terasa lebih kuat. Ringan dan meluncur halus di tenggorokan.

Kopi Kintamani yang disajikan coffee enthusiast sekaligus pemilik Kedai Roasterrich, Surabaya, itu adalah aged coffee –alias kopi berumur– yang lahir dari ketidaksengajaan. Wahyu menceritakan, kopi itu dibelinya pada 2008 dari petani kopi Desa Catur, Kintamani, Bali.


Credit: Source link