KRI Nanggala Buatan 1978, Kapal Selam Jerman Paling Tua Buatan 2004

by

in

JawaPos.com – Kabut gelap masih menyelimuti pencarian kapal selam KRI Nanggala-402. Kapal selam kelas Cakra itu masih  ilang kontak di perairan dekat Bali pada Rabu (21/4) sekitar pukul 03.00 WIB. KRI Nanggala-402 diketahui satu dari lima kapal selam yang memperkuat sistem persenjataan perairan Indonesia.

TNI AL memastikan jika KRI Nanggala-402 dalam keadaan layak menyelam. Kapal membawa 53 orang. Terdiri dari 49 ABK, 1 Komandan Satuan, dan 3 personel Arsenal. Musibah tersebut ternyata tidak hanya memantik perhatian di dalam negeri. Di Jerman, tempat kapal selam tersebut dibuat, pemberitaan mengenai tenggelamnya KRI Nanggala-402 juga marak.

Media-media besar di negeri yang beribukota di Berlin itu, seperti Der Spiegel, Deutsche Welle (DW), atau Focus menyoroti kejadian tersebut. Salah satu yang menjadi perhatian dari media-media di Jerman adalah usia yang kapal perang yang sudah tua. ’’KRI Nanggala-203 dibuat di Jerman pada 1978. Kapal tersebut pada 2012 dibawa ke Korsel untuk menjalani perbaikan selama dua tahun,’’ tulis Der Spiegel mengutip Reuters. ’’Ada sejumlah kecelakaan fatal alutsista Indonesia karena usia peralatan milier yang sudah tua,’’ tambah pernyataan tersebut.

Wajar bila persoalan umur KRI Nanggala-402 menjadi perhatian khusus bagi media Jerman. Sebab, di negera asalnya sendiri pun, kapal selam atau yang dalam bahasa Jerman disebut U-Boot tersebut sudah purnatugas semuanya.

Berdasarkan situs nti.org yang menganalisa kekuatan kapal perang Republik Federal Jerman, di negara yang dipimpin Kanselir Angela Merkel itu, saat ini ada enam kapal perang yang bertugas.  Keenamnya merupakan hybrid diesel-electric/fuel cell air independent propulsion (AIP) tipe 212A.

Armada kapal selam Jerman ditempatkan di pangkalan Angkatan Laut yang bertempat di Eckernförde. Sebuah kota pelabuhan yang terletak di pesisir laut Baltik, dan berjarak sekitar 30 kilometer dari Kiel. Kota itu berada di bagian utara Jerman.

Editor : Dinarsa Kurniawan

Reporter : Dinarsa Kurniawan


Credit: Source link