Lantai Satu Terasa Lebih Asri

Lantai Satu Terasa Lebih Asri

indopos.co.id – Setelah mengupas gaya artisitektur Victorian kediaman Bram Simatupang, 35,
Anastasya Gunawan di Sektor IX, Bintaro, Tangerang Selatan, Banten. Selanjutnya, menengok bagian lantai satu. Diawali dari pagar dan taman yang bergaya modern.

Di areal seluas 3×2 meter persegi (m2), pasangan muda ini menanam sejumlah tumbuhan. Di bagian depan pagar ditumbuhi bambu kuning. Alasan pemilihan pohon ini disesuaikan dengan pagar yang cukup tinggi

”Kita mau di atas pagar ada yang hijau (daun bambu, Red), karena itu kita pilih bambu. Jadi menutupi pagar dengan bambu kuning. Banyak orang yang bilang bambu kuning untuk mengusir setan, tolak balak, dan sebagainya. Tapi kita tidak peduli. Esensinya bukan seperti itu,” jelasnya.

Selain pohon bambu, bagian taman juga ditumbuhi pohon ketapang dan palem merah. ”Orang bilang palem merah itu keberuntungan. Tapi esensi utama juga bukan itu, pohon tersebut rimbun, jadi bisa membuah suasana adem,” jelasnya.

Di bagian pintu utama, Bram memilih model berbentuk oval setengah lingkaran dengan dua daun pintu. Alasannya, lantaran waktu kecil dia suka melihat rumah-rumah ibadah yang pintunya dibuat tinggi. ”Pintu itu kan bagian dari masuk dan ke luar rumah,” tandasnya.

Memasuki pintu utama, pengunjung tidak langsung menuju ruang tamu. Namun harus melintasi Foyer, yakni ruang tambahan yang mampu mempercantik rumah dan menambah nilai estetika tersendiri. Foyer juga merupakan ruang penghubung antara pintu utama ke ruang tamu.

KLASIK-Suasana ruang tamu yang tampak tradisional dengan diisi sejumlah perabotan vintage dalam negeri.

Meski Foyer itu bukan budaya rumah Indonesia, tapi di ruang itu diisi ornamen dan furniture khas budaya dalam negeri seperti menempatkan kursi dari bahan eceng gondok, karpet anyaman kerajinan, ukiran kayu pedesaan, cermin, dan sebagainya. Untuk mempercantik dan menyegarkan ruangan, ditempatkan beberapa pot tanaman artifisial, salah satunya anggrek.

Menuju ruang tamu seluas 3×3 m2, yang tampak jelas adalah kursi rotan dan jam lemari antik. Bram mengaku kursi rotan itu khusus berburu di D.I. Jogjakarta. Kondisinya second atau bekas yang masih rangka awal.

”Kita minta dibalut anyaman rotan untuk sandaran dan dudukan. Terus kita pesan dan minta dikirim (ke rumahnya, Red),” ujar dia. Untuk memperindah kursi tamu diberi karpet warna putih.
Sedangkan guna menambah suasana segar, Bram juga menempatkan bunga anggrek artifisial di meja tamu dan beberapa pot bunga.

Bagaimana dengan jam lemari antik? Bram membelinya dari Jepara, Jawa Tengah (Jateng). Selain itu ada pula meja buffet, patung dari Bali, alat musil klasik gramofon. ”Semua peralatan itu vintage dari dalam negeri,” jelasnya.

Kemudian ada ruang penghubung menuju ke ruang keluarga. Konsep ruang keluarga adalah Farm House. Interior dindingnya berwarna putih dengan bagian atas ditata bata ekspos yang tidak diplester. Ini menambah suasana menjadi alami.

Dekorasi di ruang keluarga juga tampak apik. Susunan rangkaian bunga disisipkan barang antik, teko tembaga jadul, ukiran-ukiran gaya Bali, hiasan tembaga, ada pula ornamen bunga, dayung, sepatu dari kayu, rak kaca berisi piala-piala golf, dan sebagainya. ”Untuk rak piala, penekanan awalnya menumbuhkan jiwa kompetisi menuju prestasi apapun bagi siapa saja yang tinggal di rumah. Ya semacam wall of fame,” tandasnya.

Selain akseseoris, seperti pada umumnya ruang keluarga terdapat televisi. Bram dan istri memilih televisi LED berlayar lebar. Nah agar penghuni rumah semakin nyaman menonton, diletakkan kursi besar berbalut kulit berwarna coklat dengan meja anyaman rotan.

Ruang keluarga dan Ruang bermain anak. Foto : INDOPOS

Di sebelah ruang keluarga yang dibatasi pintu besar dari kaca, terdapat ruang makan dan dapur. Konsep ruang makan lebih mengarah ke nature dengan meletakkan meja besar dari potongan pohon trembesi yang sudah dipoles. Demikian pula dengan kursinya. ”Meja beserta kursiya, kami beli langsung dari Jepara,” tandas Bram.

Di dekat perabotan meja makan, diletakkan air mancur mini. Ini supaya ada suara air gemericik, sehingga menambah suasana menjadi asri. Kemudian, di dinding ditata akseseoris seperti lampu semprong, telepon jadul, setrika arang, lukisan bali, gitar, dan sebagainya.

Tepat di atas pintu kaca, disusun belasan potongan daun jendela kayu yang tidak di-repaint alias masih vintage. ”Daun-daun jendela itu berasal dari bongkaran rumah zaman dulu. Kami membelinya Jogjakarta,” ujar Bram.

Beranjak ke ruang dapur yang bagian dindingnya dipadu warna putih dengan coklat kayu.Ini agar terlihat bergaya modern-natural. Disamping kompor, lemari, kulkas, dan perabotan lainnya, untuk mempercantik suasana diletakkan sejumlah aksesoris seperti potongan bambu, tanaman artifisial, dan lainnya. Di bagian atas pintu dapur terdapat rak yang disusun barang-barang antik antara lain termos, panci, dan sebagainya.

Ruang Bermain Anak
Di antara lantai satu dan dua, terdapat ruang bermain anak untuk sang buah hati, Giana Aubriella, 4. Pengaturan sirkulasi udara dengan empat jendela, sehingga angin terasa sepoi-sepoi, ditambah cahaya matahari dari atap kaca, membuat ruangan itu tampak lebih nyaman dan segar, meski siang hari. Di dalam ruangan tersebut terdapat aksesoris dan mainan seperti boneka, tenda dan meja warna pink, dan sebagainya.

”Kita tahu dalam beraktivitas anak sangat enerjik, jadi ruangan itu dibuat lebih nyaman melalui pengaturan sirkulasi udara dan cahaya secara alami,” jelas Bram. (mdo)

 

Credit: Source link

Related Articles