JawaPos.com – Peleburan lembaga penelitian ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) belum berhenti pada LIPI, Batan, BPPT, dan Lapan. Peleburan dilanjutkan untuk Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME). Peleburan lembaga yang terbaru itu sempat heboh karena hampir seratus orang peneliti Eijkman diberhentikan di tengah jalan.
Kepala Lembaga Eijkman terakhir Prof Amin Soebandrio menuturkan, lembaganya secara resmi sudah dilebur ke BRIN. Namanya sekarang Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman. Berada di bawah Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati BRIN. Amin mengatakan, yang menjadi perhatian dalam peleburan itu adalah nasib sumber daya peneliti yang selama ini bekerja di Lembaga Eijkman.
”Yang banyak rame tentang (nasib, Red) SDM-nya,” kata dia kemarin (2/1).
Amin menerangkan, selama ini di Lembaga Eijkman ada sekelompok peneliti yang sudah berstatus ASN atau PNS. Jumlahnya sekitar 30 orang. Tetapi, sebagian besar peneliti, yang berjumlah 90 orang, berstatus tenaga kontrak.
Menurut Amin, para peneliti tersebut bekerja sesuai dengan kontrak berdasar proyek penelitian (project base). Meski statusnya karyawan kontrak, Amin mengatakan bahwa para peneliti itu adalah profesional pilihan. Untuk bisa masuk sebagai tenaga peneliti kontrak, mereka harus melalui prosedur seleksi yang ketat. Tingkatannya ada yang koordinator peneliti, sekretaris peneliti, peneliti utama, pembantu peneliti, dan tenaga teknis lainnya.
Para peneliti kontrak itu harus memiliki latar belakang akademisi yang baik. ”Mereka ada yang dikontrak satu atau dua tahun. Kemudian, berikutnya bisa dikontrak lagi,” jelas Amin. Dengan adanya kebijakan peleburan Lembaga Eijkman ke BRIN per 2022, status mereka langsung dihentikan. Meskipun ada yang masih berjalan proyek penelitiannya. Rata-rata dalam setahun ada 20 judul proyek penelitian di Lembaga Eijkman.
Credit: Source link