Presiden Jokowi saat menghadiri KTT OKI
Jakarta – Presiden Jokowi menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Istanbul, Turki. KTT OKI digelar untuk merespon sikap Amerika yang mengakui secara sepihak Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan, Indonesia harus mampu menjadi juru bicara bagi negara-negara OKI untuk menyatukan ide-ide besar. Sebab, ada banyak tahapan yang harus dirancang dalam kompleksitas sikap dan posisi politik negara-negara OKI.
“Pertanyaannya adalah, apakah Indonesia bisa datang untuk menjuru bicarai suatu keadaan yang lain dan yang dapat membuat terutama negara-negara OKI ini bersatu padu dulu dalam ide-ide dasar,” kata Fahri, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (14/12).
Karena pada dasarnya, kata Fahri, jika membaca dan melacak kencenderungan politiknya jika ditelusuri dari ujung akan menjadi sulit. Akan tetapi, kalau dimulai dari pangkalnya dalam konsepsi umat Islam sebagai umat yang satu, maka tentu itu bisa dimulai pembicaraan yang lebih mendalam.
“Saya melihat adalah penting bagi Indonesia meletakan satu narasi baru bagi OKI yang dapat menyeret semua negara dalam kalimat dan pengertian yang sama tentang keadaan mereka. Ini yang pertama-tama harus dilakukan oleh Indonesia,” tegasnya.
TAGS : Presiden Jokowi KTT OKI Palestina
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/26321/Mampukah-Indonesia-jadi-Jubir-Negara-OKI/