JawaPos.com – Wabah pandemi Covid-19 hingga saat ini masih belum usai. Bahkan, memasuki pertengahan kuartal pertama di tahun 2021, belum ada tanda-tanda virus tersebut berangsur surut. Namun, banyak pihak yang mengatakan tahun ini akan menjadi tahun pemulihan ekonomi dan perdagangan. Sangat kontradiktif.
Di tengah kondisi seperti itu, apakah sekarang saatnya untuk diversifikasi investasi atau memindahkan sebagian dana investasi ke reksa dana saham?
Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Freddy Tedja mengatakan, sejak kuartal keempat di tahun 2020, mulai terjadi perbaikan ekonomi global secara gradual, ditopang oleh pertumbuhan di negara-negara berkembang di kawasan Asia.
“Pemulihan ekonomi dan perdagangan yang terjadi di tahun 2021 akan ditopang oleh ketersediaan vaksin dan normalisasi aktivitas ekonomi,” ujarnya seperti dikutip Jumat (12/2).
Selain itu, kebijakan yang akomodatif juga akan berperan penting seperti suku bunga rendah, quantitative easing, dan stimulus fiskal yang masih akan berlanjut di tahun ini. Potensi unggulnya perekonomian negara-negara berkembang membuat arus dana mengalir ke Asia – termasuk juga Indonesia – yang menawarkan potensi kinerja menarik.
“Pergeseran sentimen ke negara berkembang juga akan didorong rendahnya porsi kepemilikan asing di negara berkembang,” ucapnya.
Namun, lanjutnya, volatilitas masih akan tetap terjadi di 2021. Dinamika dan sentimen pasar, baik yang positif maupun negatif, akan selalu ada. Contohnya saja, setelah meroket tajam di bulan Desember 2020, di sepanjang bulan Januari lalu IHSG justru ditutup melemah sebesar minus 1,95 persen hingga menyentuh level 5.862,35.
“Namun pergerakan pasar dapat dilihat dari dua sisi, sebagai penghalang atau peluang. Sebagai investor, kita harus melihat fundamental jangka menengah panjang, bukan hanya dinamika jangka pendek,” ungkapnya.
Ia mengajak para investor dapat berfokus pada fakta-fakta dan katalis yang ada, setidaknya untuk kuartal pertama tahun ini. Pertama, valuasi pasar saham Indonesia masih relatif murah dibandingkan kawasan lain seperti Filipina atau Thailand.
Kedua, kepemilikan asing di pasar saham Indonesia masih berada di salah satu level yang terendah sejak 2013. Ketiga, pemulihan pertumbuhan ekonomi mendorong pertumbuhan earnings perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Ia menyebut, pada tahun pemulihan ini sangat baik untuk dimanfaatkan oleh para investor yang ingin melakukan diversifikasi investasi ke reksa dana saham. Walau IHSG di bulan Januari ditutup melemah minus 1,95 persen, namun bursa saham di bulan Februari sudah kembali bangkit.
“Jika dihitung sejak awal tahun 2021 hingga 9 Februari 2021, IHSG telah bergerak naik 3,39 persen ke level 6.181,67,” ucapnya.
Proyeksi tahun pemulihan ini juga tercermin pada kinerja reksa dana saham yang mulai merangkak bangkit. Walaupun sekarang saat yang baik untuk memanfaatkan peluang di tahun pemulihan, namun profil risiko investor dan horizon investasi menjadi kunci dalam menentukan pilihan kelas aset dalam investasi.
“Reksa dana saham cocok bagi investor dengan profil risiko agresif dengan horizon investasi jangka panjang. Prinsip kehati-hatian dalam menentukan pilihan produk investasi dan perusahaan manajer investasi yang akan mengelola dana Anda akan sangat menentukan hasil yang akan Anda nikmati di masa depan kelak,” pungkasnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link