Buku gratis (Foto: Kemdikbud)
Jakarta, Jurnas.com – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengingatkan bahwa ruh dari semua gerakan pendidikan adalah literasi. Karena itu, makna literasi jangan direduksi sekadar membaca buku saja.
“Padahal literasi itu tidak hanya membaca buku saja. Melalui membaca itu kemudian seseorang memiliki perspektif baru. Kemudian dia juga membuat karya. Proses itu terjadi terus menerus sepanjang hayat,” kata Muhadjir pada Kamis (22/8) di Jakarta.
Mendikbud mengatakan, program literasi yang meliputi gemar membaca, gemar menulis, gemar berimajinasi harus tertanam dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, terutama kepada para guru, tutor, hingga tokoh masyarakat.
Guru hendaknya dapat membimbing dan merangsang siswa untuk berkreasi dari referensi yang dibacanya. Tidak sekadar mewajibkan untuk membaca buku saja, tetapi memantik diskusi sehat yang melatih daya kritis dan kemampuan berkomunikasi.
“Gerakan literasi itu harus bisa merangsang anak untuk berimajinasi terhadap apa yang dia baca. Kemudian dia mengekspresikan mengenai apa yang dia baca. Kemudian dia bisa membuat karya yang lain dari apa yang sudah dibacanya tadi,” jelas Muhadjir.
“Sekarang anak-anak bisa mendapatkan informasi, pengetahuan dari mana saja. Dari internet, makanya guru jangan terpaku literasi itu membaca buku saja,” tambah Mendikbud.
Dalam Gerakan Literasi Nasional (GLN) 2016—2019, Kemdikbud menetapkan enam literasi dasar yang wajib dikembangkan melalui tripusat pendidikan (sekolah, keluarga, dan masyarakat).
Di antaranya literasi bahasa, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial serta literasi budaya dan kewarganegaraan.
TAGS : Literasi Membaca Buku Mendikbud Muhadjir Effendy
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/58040/Mendikbud-Literasi-Bukan-Sekadar-Membaca-Buku/