Dalam sebuah demo “nail penetration lab” di Kantor Pusat BYD, Shenzhen, ditunjukkan bahwa baterai berjenis NMC (Nickel manganese cobalt) lebih mudah terbakar saat mengalami tekanan atau ketika bagian baterai itu tertembus benda. Hal itu juga yang berpotensi menimbulkan kebakaran apabila kendaraan listrik mengalami kecelakaan.
“Bagi BYD, keamanan adalah prioritas utama. Untuk produksi massal, kami percaya LFP adalah komponen yang reliable untuk keamanan dan lebih berkelanjutan,” kata General manager BYD Asia-Pacific Auto Sales Division, Liu Xueliang kepada pewarta di Shenzhen pada Rabu (20/12) waktu setempat.
Baca juga: BYD rencanakan gebrakan baru di pasar otomotif Indonesia
Liu menjelaskan, baterai LFP yang dinamai “Blade Battery” itu merupakan komponen penting yang menjadi keunggulan mobil-mobil BYD.
“Sehingga ke depannya terkait strategi, LFP bisa menghadirkan mobilitas yang lebih aman lebih cocok untuk EV,” kata dia.
Blade Battery merupakan komponen yang dikembangkan BYD dengan keamanan maksimum yang menawarkan kekuatan, daya jelajah tinggi serta usia pakai yang panjang. LFP tidak mudah terbakar karena memiliki stabilitas termal yang sangat baik dan secara substansial bebas kobalt sehingga lebih ramah lingkungan.
Baterai itu dinamakan “blade” karena bentuknya yang pipih, lurus dan panjang. Jika dibandingkan baterai model sebelumnya, baterai blade dapat menghemat ruang hingga 50 persen.
Keunggulan Blade Battery BYD
Dari riset yang telah dilakukan secara mandiri oleh BYD, Blade Battery memiliki kemampuan yang lebih mutakhir dibanding baterai lainnya untuk diimplementasikan pada kendaraan elektrik.
Baterai jenis itu dapat digunakan hingga 600 km dan dapat meningkatkan kepadatan energi hingga 50 persen.
Tingkat keamanan dari Blade Battery sudah teruji dengan peningkatan yang signifikan. Dengan keunggulan itulah, BYD memiliki pijakan yang kuat bagi pengembangan kendaraan elektriknya.
“Baterai adalah komponen paling utama dan paling penting pada kendaraan elektrik dan kami memiliki kekuatan itu, bahkan saat ini BYD menjadi produsen baterai terbesar ke-2 di dunia. Skala fasilitas, teknologi, serta volume produksi yang kami miliki inilah yang menjadi bukti keunggulan BYD dibandingkan produsen kendaraan elektrik lainnya,” jelas Luther Panjaitan, Head of Marketing Communication PT BYD Motor Indonesia.
Blade Battery menjadi satu-satunya yang lolos melalui serangkaian tes, salah satunya Nail Penetration Test, yang menguji kemampuan mengeliminasi potensi terbakarnya baterai saat kecelakaan.
Pada aspek longevity, sel Blade Battery memiliki rentang hidup sepanjang 1.200.000km atau sekitar 3.000 kali charge, sehingga sangat tepat untuk penggunaan jangka panjang.
Para ahli di BYD juga terus menyempurnakan volume kubik instalasi baterai dengan menyediakan 50 persen lebih banyak ruang untuk penyimpanan dan fitur lainnya. Selain itu, Blade Battery juga telah melewati uji kondisi ekstrem, seperti dihancurkan, ditekuk, dipanaskan dalam tungku hingga 300 °C, dan diisi berlebihan hingga 260 persen.
Baca juga: Strategi BYD hadapi kurangnya infrastruktur pengisian daya mobil EV
Baca juga: BYD siap masuk kompetisi mobil listrik di Indonesia
Baca juga: Pasar otomotif berkembang, BYD masuk Indonesia semester I tahun depan
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023
Credit: Source link