Mengenal Sejarah Ginger Bread yang Cocok jadi Tema Hiasan Natal

Mengenal Sejarah Ginger Bread yang Cocok jadi Tema Hiasan Natal

JawaPos.com – Dekorasi hiasan Natal yang paling umum adalah identik dengan warna merah dan hijau. Ada satu lagi yang selalu menjadi ciri khas Natal yakni hiasan roti jahe atau ginger bread.

Kue jahe pasti ada di daftar itu, bersama dengan tongkat permen peppermint dan eggnog. Hiasan itu juga mulai disuguhkan saat masuk ke pusat perbelanjaan salah satunya Summarecon Mall Kelapa Gading (MKG).

“Kami berupaya untuk tetap menjadi destinasi bagi keluarga dalam merayakan waktu liburan Natal dan Tahun Baru. Untuk itu, kami telah menyiapkan beragam acara, program belanja dan suguhan atraksi mulai dari tanggal 7 Desember 2022 hingga 8 Januari 2023. Tentu seluruh acara dan program yang dijalankan tetap mengutamakan protokol kesehatan,” kata Willy Effendy, selaku Center Director Summarecon Mall Kelapa Gading kepada wartawan baru-baru ini.

Konsep yang dibuat adalah Christmas Factory, sebuah tema yang dihadirkan untuk menyambut liburan Natal dan Tahun Baru bersama keluarga. Dengan hiasan dekorasi bernuansa cookies dan gingerbread yang tersebar di seluruh area mal membuat suasana natal semakin terasa hangat dan meriah.

“Christmas Factory bernuansa ginger bread. Ada pula Ginger Parade pada tanggal 23,24, 25, 30, dan 31 Desember 2022,” jelasnya.

Menandai kemeriahan pergantian malam tahun baru, para pengunjung dapat menikmati pertunjukan bertajuk Luminous bersama Bunga Citra Lestari, Blackline, dan DJ Natalie, sembari menikmati beragam jajanan Food Truck serta pertunjukan spectacular fireworks. Lalu mengapa harus Ginger Bread?

Sejarah Ginger Bread

Roti jahe dan rumah roti jahe menjadi dekorasi khas Natal. Tidak hanya ada banyak teori tentang bagaimana roti jahe dikaitkan dengan Natal, tetapi ada beberapa negara yang tampaknya telah memulai tradisinya sendiri.

Laporan Yummy Bazaar, asal usul roti jahe ternyata berbelit-belit, terutama karena tidak ada yang tahu berapa umurnya. Diketahui bahwa jahe pertama kali dibudidayakan di Tiongkok sekitar lima ribu tahun yang lalu, tetapi orang Tiongkok terutama menggunakannya untuk khasiat medis.

Di Eropa, tokoh Armenia Gregory dari Nicopolis dianggap sebagai bapak kue jahe. Tidak jelas dari mana dia mendapatkan resepnya atau apakah dia benar-benar menemukannya.

Tetapi ceritanya, dia datang untuk tinggal di Prancis pada tahun 992 dan selama tujuh tahun berikutnya, sampai kematiannya, ia mengajari orang-orang cara membuat kue. Teori itu berasal dari Mediterania timur beberapa saat kemudian, pada abad ke-11.

Varietas kue jahe tertua yang diketahui, tampaknya, adalah Polandia. Ini disebut roti jahe Toruń, dan sudah diproduksi sejak abad ke-13.

Menariknya, nama gingerbread sendiri berasal dari Inggris. Ini awalnya digunakan untuk jahe yang diawetkan dan tidak ada hubungannya dengan kue. Penggunaannya tampaknya telah bergeser sekitar pertengahan abad ke-15 ketika kue-kue berbumbu rasa jahe menjadi lebih banyak tersedia.

Sementara peta penyebaran kue jahe di seluruh Eropa tampaknya kurang lebih jelas di kawasan Prancis, Polandia, Jerman hingga Swedia. Ahli teori percaya bahwa rumah roti jahe yang digunakan sebagai dekorasi Natal adalah penyebab kue jahe Natal menjadi makanan pokok musim ini. Yang tidak bisa mereka sepakati adalah ketika tradisi membuat rumah roti jahe untuk Natal dimulai.

Apakah itu dimulai pada abad ke-16, menginspirasi Brothers Grimm, dan dipopulerkan dari sana? Ataukah cerita itu sendiri yang mendorong orang untuk mulai membuat rumah yang dihias dengan rumit dari kue sebagai hiasan Natal? Kedua teori ini percaya bahwa popularitas rumah roti jahe sebagian besar dipicu oleh cerita terkenal Brothers Grimm, Hansel & Gretel.

Editor : Estu Suryowati

Reporter : Marieska Harya Virdhani


Credit: Source link

Related Articles