Ilsutrasi siswa belajar (Foto: People`daily)
Jakarta, Jurnas.com – Praktisi pendidikan, Indra Charismiadji menyebut fenomena menjamurnya bimbingan belajar (bimbel) konvensional dan daring, merupakan cerminan rendahnya mutu sekolah di Indonesia.
Pasalnya, kata Indra, bimbel umumnya muncul ketika sekolah formal kualitasnya kurang baik. Karena itu, semakin kualitas sekolahnya buruk, bimbelnya akan semakin maju. Begitu pula sebaliknya.
“Banyak orang menganggap bahwa bimbel berperan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Artinya kalau (pernyataan itu) dibalik, mereka mengakui bahwa mutu sekolah kita itu buruk,” ujar Indra kepada Jurnas.com pada Selasa (26/11) di Jakarta.
Indra mengatakan, bimbel selama ini menjadi jalan pintas bagi siswa untuk pintar secara instan. Padahal di era 4.0, skor bukan lagi acuan satu-satunya untuk mengukur kualitas siswa.
“Yang dibutuhkan itu karya nyata, yaitu kemampuan berkolaborasi, berkomunikasi, berpikir kritis, dan kreatif. Itu modal dasar kalau mereka mau sukses di era ini,” kata Indra.
Bahkan di beberapa tempat, lanjut Indra, bimbel menjadi ladang bisnis tersendiri bagi para guru. Hal itu ia sebut malah merusak konsep pendidikan.
“Banyak guru sekolah yang memang sengaja membuat materi pelajaran sulit sekali dikuasai anak, tapi sorenya dia melakukan bimbel supaya anak itu bisa ikut bimbel itu. Jadi bisnis,” terang dia.
Akhirnya, Indra mempertanyakan arah pendidikan Indonesia di periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Ma`ruf Amin. Jika negara berkomitmen pada amanat konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pendidikan formal harus dimaksimalkan.
“Kalau mau membangun manusianya, kita butuh hal-hal yang lebih mendasar. Justru yang instan-instan itu yang harus dibuang,” tandas dia.
TAGS : Bimbingan Belajar Bimbel Indra Charismiadji Pendidikan
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/62994/Menjamurnya-Bimbel-Indikator-Rendahnya-Mutu-Sekolah/