Menristekdikti Muhammad Nasir
Jakarta – Pemerintah mengimbau kebijakan mendatangkan dosen dan profesor dari luar negeri tak perlu direspon terlalu berlebihan. Sebab, pada dasarnya kebijakan tersebut hanya dalam rangka kolaborasi, bukan untuk menggantikan peran dosen dalam negeri.
Demikian kata Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristedikti) Mohamad Nasir, saat memperingati Hari Pendidikan Nasional 2018 di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, pada Rabu (2/5) pagi.
“Maksud saya bisa berkolaborasi, membimbing mahasiswa, atau melakukan penelitian bersama dengan dosen Indonesia. Kalau nanti bisa dilakukan, reputasi perguruan tinggi Indonesia akan meningkat,” ujar Menristekdikti kepada awak media.
Diketahui pemerintah akan mendatangkan 200 dosen asing. Jumlah itu, kata Nasir, masih relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan dosen Indonesia yang mengajar ke luar negeri.
“Sekarang masih kurang dari 1.000 dosen Indonesia ke luar negeri. Tapi dosen luar yang ke Indonesia lebih kecil lagi. Masih di bawah 200. Masih lebih banyak kita yang ke luar negeri,” terangnya.
Untuk menjawab pro kontra terkait dosen asing, Nasir berharap Indonesia mencontoh King Fahd University of Petrolum and Minerals di Arab Saudi. Setelah menerapkan kebijakan mendatangkan dosen asing, ranking dunia perguruan tinggi Saudi tersebut melejit jauh melampaui Indonesia.
“Dulu 500 besar dunia tidak pernah masuk. Tapi apa yang terjadi sekarang, setelah 40 persen dosennya dari luar Arab Saudi. Ada yang dari Amerika, Eropa, dan Australia. Pertumbuhannya jadi berapa? Jadi 189 dunia. Kita? Tertinggi di Indonesia baru 277,” ujar Nasir.
TAGS : Pendidikan Dosen Asing Kemristekdikti Mohamad Nasir
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/33585/Menristekdikti-Lebih-Banyak-Dosen-Indonesia-ke-Luar-Negeri/