Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir (Foto: Muti/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mempersilakan mahasiswa mengkaji berbagai ideologi di dunia, termasuk marxisme dan khilafah. Kendati demikian, Nasir menggarisbawahi kajian tersebut harus dilakukan di mimbar akademik.
“Di kajian akademik, mimbar akademik, silakan. Mahasiswa diberikan kesempatan, tapi bukan dijadikan ideologi. Kalau (seharusnya) di mimbar akademik ditaruh di luar, itu yang masalah,” kata Menristekdikti pada Kamis (1/8) di Semarang, Jawa Tengah.
Pernyataan itu disampaikan saat diminta menanggapi soal penangkapan dua mahasiswa di Probolinggo, Jawa Timur, gara-gara membawa buku mantan pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) Dipa Nusantara Aidit.
“Mimbar akademik yang dimaksud (ialah) bagaimana dia mengembangkan di akademik itu. Tentang apakah dia mempelajari khilafah, marxisme, sosialisme, kapitalisme, silakan. Tapi negara sudah memilih empat pilar kebangsaan, yaitu NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika,” imbuh dia.
Diketahui sebelumnya, dua mahasiswa yaitu Muntasir Billah (24) dan Saiful Anwar (25) diamankan Polsek Probolinggo pada Sabtu, 27 Juli karena kedapatan membawa buku biografi DN Aidit.
Buku-buku tersebut disita karena dinilai berbau PKI yang sudah dilarang di Indonesia. Atas alasan itu pula, kedua mahasiswa inisiator Lapak Baca Gratis di Alun-alun Kraksaan itu ditahan oleh kepolisian.
“Kedua mahasiswa itu rutin melakukan aktivitas lapak baca di sekitar Alun-alun Kraksaan setiap Sabtu malam, dan tempat lain di depan kantor kampus Inzah Kraksaan setiap sabtu sore,” ujar Kapolsek Kraksaan Kompol Joko Yuwono sebagaimana diwartakan Times Indonesia.
TAGS : Menristekdikti Mohamad Nasir Marxisme Khilafah
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin