JawaPos.com – Merger Pelindo merupakan strategi pemerintah untuk mewujudkan pelabuhan kelas dunia. Transformasi digital dan standardisasi seluruh pelabuhan bakal dilakukan untuk mendukung ekspansi global dan perekonomian nasional. Merger akan mengukuhkan Pelindo sebagai operator terminal peti kemas terbesar kedelapan di dunia.
Tidak lagi terkotak-kotak oleh wilayah. Nanti merger mendorong terbentuknya subholding dengan lini bisnis berbeda. Ada empat klaster usaha yang bakal dimunculkan. Yakni, peti kemas & nonpeti kemas, logistics & hinterland development, marine, serta equipment & port services.
Keempat klaster memiliki lokasi kantor pusat berbeda-beda. Surabaya dipilih menjadi induk bisnis peti kemas. Nama usahanya adalah Terminal Petikemas Indonesia. Empat subholding lainnya berkantor pusat di Medan, Jakarta, dan Makassar.
”Volume peti kemas yang masuk ke Surabaya cukup tinggi. Rute kapal peti kemasnya juga paling banyak se-Indonesia,” ungkap Direktur Operasi dan Komersial Pelindo III Putut Sri Muljanto saat dihubungi Jawa Pos.
Mantan Dirut BJTI Port itu optimistis integrasi akan mendorong peningkatan kinerja terminal peti kemas di Indonesia. Arus peti kemas domestik dan mancanegara bakal meningkat.
Putut menjelaskan, merger akan diikuti standardisasi seluruh terminal peti kemas secara bertahap. Penyesuaian itu meliputi beberapa hal. Salah satunya terkait dengan kedalaman kolam di pelabuhan.
Seluruh terminal peti kemas bakal dievaluasi. Pendalaman kolam akan dilakukan untuk mendorong kunjungan kapal. Dengan peningkatan infrastruktur tersebut, angkutan bakal semakin mudah bersandar di dermaga.
”Selain pendalaman, sarana di pelabuhan juga akan ditingkatkan. Seluruh sistem bakal distandarkan untuk memudahkan pelayanan,” ungkapnya.
Credit: Source link