MANGUPURA, BALIPOST.com – Industri tambang menggelar Indonesia Mining Summit di Bali pada Selasa (10/10) di Mulia Resort, Badung. Pelaksanaan summit yang dihadiri pebisnis tambang ini dibuka Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif, mewakili Presiden Joko Widodo.
Menurut Menteri ESDM, Indonesia memiliki potensi mineral dan batubara yang sangat besar dan berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi serta kemandirian dan ketahanan industri nasional. “Kami melihat bahwa
peningkatan nilai tambah mineral memiliki peranan yang penting dalam mendukung transisi energi di Indonesia. Untuk itu pemerintah telah memiliki rencana hilirisasi mineral dan peningkatan nilai batu bara ke depan. Didukung besarnya potensi mineral dan batubara, maupun tersedianya peluang pasar yang terbuka luas, serta kepastian kebijakan dan regulasi, pemerintah mendorong para pelaku usaha untuk dapat berinvestasi pada hilirisasi mineral dan batubara,” ujarnya.
Ia menyebutkan untuk nikel misalnya, Indonesia memiliki sumber daya 17,3 miliar ton dan cadangan 5,0 miliar ton. Produksinya di 2022 mencapai 516,7 ribu ton ferronickle, 76 ribu ton nickel matte, dan 106,3 juta ton bijih nikel.
Kinerja ekspor turunan nikel pada 2022 tumbuh 43 persen dibandingkan pada 2017. Oleh karena itu, fokus kebijakan selanjutnya diarahkan pada pengembangan industri baterai dan electric vehicle (EV). Di samping itu, adanya hilirisasi juga meningkatkan ketahanan ekonomi Indonesia.
Selain nikel, Indonesia juga mempunyai potensi alumina, tembaga, timah, besi, emas, dan perak. Jumlah sumber daya di Indonesia untuk kelima potensi mineral ini mencapai miliaran ton.
Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan hilirisasi sangat penting dilakukan di industri pertambangan untuk mewujudkan green economy. “Pemerintah terus mendorong adanya peningkatan teknologi dalam industri tambang ini,” sebut Airlangga yang hadir secara daring itu.
Dalam beberapa tahun terakhir, Presiden berupaya meningkatkan hilirisasi agar Indonesia berhasil menjadi negara maju. Ada sejumlah hasil tambang yang ditetapkan Pemerintah Indonesia untuk dilakukan hilirisasi itu, yakni batu bara, nikel, timah, tembaga, bauksit, besi baja, dan emas perak.
Ketua Umum Indonesian Mining Association, Rachmat Makkasau menyampaikan pihaknya sebagai partner pemerintah sangat mendukung kebijakan hilirisasi pemerintah di industri tambang. Ia menilai hal ini menjadi strategi besar baru untuk reindustrialisasi di Indonesia. “Kami mengharapkan adanya kebijakan hilirisasi yang berkelanjutan dan berkesinambungan dalam rangka memenuhi kebutuhan industri dalam negeri sehingga peluang Indonesia untuk berpartisipasi dalam rantai pasok global terbuka lebar,” sebutnya.
Untuk itu, di dalam Indonesia Mining Summit, tak hanya pengusaha tambang yang hadir, namun seluruh pemangku kepentingan untuk menetapkan langkah-langkah membantu pemerintah mempercepat hilirisasi dan mewujudkan hilirisasi tambang berkelanjutan demi mendukung peningkatan perekonomian Indonesia serta menciptakan “multiplier effect” bagi masyarakat Indonesia. Ia menyebut hal ini dengan yang disampaikan Jokowi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN bahwa Indonesia terus mendorong hilirisasi industri yang diharapkan akan menyejahterakan masyarakat.
Disebutkan Rachmat, IMS juga menyoroti langkah Indonesia dalam menarik investasi demi mewujudkan hilirisasi tambang di Indonesia, termasuk bagaimana investor dapat turut mendorong percepatan hilirisasi. Dengan pengembangan produk hilirisasi Indonesia diharapkan tidak lagi sebagai pengekspor bahan mentah tetapi juga produk manufaktur intensif teknologi bernilai tambah tinggi.
Aspek pendanaan dalam hilirisasi industri tambang juga menjadi salah satu pokok bahasan dalam acara yang dihadiri sekitar 500 peserta ini. Masih terbuka peluang bagi institusi finansial untuk mendanai proyek smelter agar hilirisasi industri dapat memberikan nilai tambah bagi penerimaan negara.
IMS rencananya diadakan setiap tahun oleh IMA sebagai bentuk sumbangsih sebagai asosiasi tambang nasional yang tertua di Indonesia terhadap pengembangan dunia pertambangan dan menjadi bagian dari perubahan industri tambang tanah air. (Diah Dewi/balipost)
Credit: Source link