JawaPos.com- Idul Fitri 1443 H kali ini jelas terasa beda bagi Arief Budiman. Tidak lagi menjabat sebagai ketua dan komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Pada 12 April lalu, Presiden Joko Widodo telah melantik komisioner baru, periode 2022-2027.
‘’Selalu mudik. Hanya, sekarang lebih rileks. Jika biasanya baru bisa mudik H-2, tahun ini saya pada 26 April lalu sudah mudik dari Jakarta,’’ kata Arief kepada Jawa Pos, Senin (2/5).
Dengan tidak lagi duduk di sebuah lembaga sepenting KPU, Arief mengaku waktunya jelas lebih longgar. Bersama anggota keluarganya, dia pun memilih jalur darat. Mengemudi sendiri tanpa driver. ‘’Alhamdulillah karena relatif jauh-jauh hari dari puncak arus mudik, tidak kejebak macet di tol,’’ ungkap alumnus Fisip Unair itu.
Arief pernah memiliki pengalaman berkesan. Mungkin tidak akan terlupakann . Bermacet-macet saat mudik. Yakni, saat peristiwa kemacetan gerbang tol Brebes Timur (Brexit). Kali pertama pembukaan tol Trans Jawa pada kurun Juli 2016. ‘’Kemacetan terparah sepanjang hidup,’’ ujarnya sambil tersenyum mengenang.
Sudah hampir 6 tahun. Namun, dia ingat betul kejadian kelam tersebut. Terkurung sejak pukul 02.00 WIB. Baru bisa keluar dari jebakan macet pukul 10.00 WIB. Padahal, dengan berangkat dini hari, harapannya lalu lintas lebih longgar. Ternyata, prediksi meleset. Dia dan istri pun sahur di tol.
‘’Untung ada pedagang asongan dadakan di tepian tol. Itupun mau habis nasi bungkusnya, tinggal dua, dimakan sahur bertiga. Jadi pas saya, istri dan anak. Ini juga pengalaman pertama seumur hidup salat di tepian jalan tol. Saat waktunya Subuh,’’ kenangnya.
Sejak tinggal di Jakarta, dalam beberapa tahun terakhir Arief memilih pulang kampung melalui jalur darat. Ketimbang naik pesawat. Bukan karena apa-apa. Tapi, karena ada tujuan lain. Menikmati perjalanan edukasi dan spiritual.
‘’Saya biasanya mampir-mampir. Misalnya, ke masjid-masjid atau tempat bersejarah di Nusantara ini. Misalnya, di masjid Cirebon, Kudus, Demak, dan tempat-tempai lain. Termasuk ke lokasi wisata,’’ ucap dia.
Persinggahan ke tempat bersejarah itu sungguh bermakna. Selain bagian dari edukasi keluarga, juga terkandung filosofi betapa penting untuk tidak melupakan sejarah. Mengutip apa yang pernah disampaikan Presiden pertama RI Bung Karno: Jasmerah, jangan sampai melupakan sejarah. ‘’Sebab, perjalanan nusantara seperti sekarang tidak lepas dari jasa besar tokoh-tokoh dengan legacy itu,’’ paparnya.
Credit: Source link