JawaPos.com – Perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) awal pekan ini masih berpeluang melemah. Mengutip kurs tengah Bank Indonesia (BI) saat ini rupiah berada di level Rp 14.376 per dolar AS.
Beberapa Faktor Global Hingga Penularan Omicron Jadi Katalis Negatif Rupiah Awal Pekan In
“Nilai tukar rupiah masih berpeluang mendapatkan tekanan hari ini terhadap dolar AS. Rupiah masih berpotensi melemah ke arah 14.400-14.420, dengan potensi support di kisaran 14.350,” kata analis keuangan Ariston Tjendra kepada JawaPos.com, Senin (7/2).
Ariston menjelaskan, sentimen tekanan terhadap rupiah masih disebabkan oleh kenaikan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS yang. Sebab, yield tenor 10 tahun sudah kembali menyentuh kisaran 1,9 persen. Level tersebut belum pernah disentuh sejak Januari 2020.
“Kenaikan yield ini bisa mengindikasikan ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS meningkat. Ekspektasi ini bisa mendorong penguatan dolar AS. Naiknya ekspektasi ini berkaitan dengan membaiknya situasi ketenagakerjaan di AS yang dilaporkan di akhir pekan lalu,” jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, ancaman dari kenaikan harga minyak mentah global yang mendekati USD 100 per barel juga menjadi faktor yang membuat rupiah tertekan. “Indonesia bisa mendapatkan dampak negatif dari kenaikan inflasi yang disebabkan kenaikan harga energi,” ucapnya.
Menurutnya, kenaikan harga minyak mentah juga berdampak kepada penurunan surplus neraca perdagangan karena Indonesia adalah net importir minyak mentah. “Bila neraca perdagangan sampai defisit lagi, rupiah bisa melemah,” imbuhnya.
Editor : Nurul Adriyana Salbiah
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link