JawaPos.com – Di tengah pandemi, banyak pelaku usaha yang ragu untuk mengembangkan bisnisnya. Mereka khawatir produk atau jasa yang ditawarkan kurang diterima oleh pasar.
Country Head Ninja Xpress, Ignatius Eric Saputra mengatakan bahwa memang benar perubahan telah terjadi selama pandemi, termasuk pola perilaku pebisnis yang berubah dan bergeser. Untuk itu, para pelaku UMKM dituntut untuk cepat tanggap dalam merespons perubahan.
“Salah satu pelajaran adalah memahami valuasi bisnis UMKM, agar para founder bisa mentransformasi usaha mereka lebih besar lagi. Inilah yang membuat kami berambisi menyediakan beraneka program dan fasilitas pemberdayaan untuk UMKM Indonesia agar membantu tidak hanya go digital, namun juga mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi,” jelasnya dalam siaran pers, Rabu (28/10).
Untuk membantu para UMKM ini, pihaknya pun telah menghadirkan mentor dan ahli investasi, Riel Tasmaya, agar memberikan pelatihan atau bimbingan belajar intensif lewat Program AKSILERASI. Riel di pemaparan kelasnya pun menyarankan agar pemilik usaha memahami visi dan misi usahanya sebelum meningkatkan derajat perusahaan menjadi lebih tinggi.
“Founder harus tahu sudah di tahap mana usahanya sekarang dan harus dapat menilai perusahaan objektif mau kemana,” kata Riel dalam Program Aksilerasi Ninja Xpress beberapa waktu lalu.
Ia menganalogikan bahwa mencari investor selayaknya mencari jodoh. Sehingga penting untuk mendapatkan chemistry antara pemilik usaha dan investor barunya. “Tentu tidak sekali bertemu (one time process) tapi perlu proses berulang-ulang kali (continue process) yang membuat keduanya cocok,” jelas dia.
Selain itu, pemilik usaha harus memahami jenis investor mana yang tepat bagi perusahaan. Mulai dari angel investor, perusahaan investasi, venture capital atau perusahaan yang masih berelasi dengan produk yang dijual.
Tentunya pemilik usaha harus juga bijak memilih jenis investasi mana yang tepat dalam pengembangan bisnisnya. Baik itu berupa permodalan (equity financing) atau hanya dalam bentuk pinjaman (loan). “Tak perlu beri saham ke investor bila ternyata kita hanya butuh pinjaman jangka pendek,” tambahnya.
Dengan demikian, founder harus berhati-hati dalam menentukan valuasi startup agar investor lebih yakin dan mantap untuk berinvestasi. Tunjukkan data finansial atau projection, lalu gunakan pendekatan apa saja untuk mendapatkan data tersebut.
Dilanjutkan dengan laporan finansial dan laporan pajak. Setelah itu ada tahapan analisa industri (Industrial Analysis), analisa pasar (Market Analysis), pemetaan kompetitor (Competitor Mapping) dan terakhir founder and team. “Terpenting bagi saya dari siapa foundernya. Itu kelihatan dari business plan sampai ke tahap eksekusi. Founder yang baik pasti punya tim kuat,” kata Riel.
Para founder pada dasarnya tak perlu khawatir untuk membuka bisnis sendiri bersama investor baru. Sebab dengan membangun bisnis bersama-sama maka dapat meningkatkan pertumbuhan usaha lebih cepat.
Hanya saja para founder juga perlu jeli melihat kebutuhan perusahaan. Bila sifat kebutuhan dana bentuknya sementara (project based) maka opsi permodalan dalam bentuk pinjaman bisa jadi pilihan. Alhasil nilai saham yang dimiliki tak berubah. “Founder perlu tahu apakah memang hanya butuh pinjaman atau mereka butuh permodalan dalam bentuk saham baru,” tambah Riel.
Sebagai catatan, program Aksilerasi gagasan Ninja Xpress ini diikuti oleh 20 UKM dari berbagai industri mulai dari pakaian, kebutuhan anak, hingga perlengkapan rumah. Berlangsung selama tiga bulan (22 September-22 Desember 2020). Ke 12 mentor profesional yang sudah malang melintang di industri Tanah Air akan mengisi kelas online workshop serta daily coaching di program ini dan siap mengajarkan UKM jurus-jurus mereka.
Sebanyak 12 mentor dimaksud terdiri atas; Yoris Sebastian (Ahli Bidang Komunikasi dan Kreatif), Ligwina Hananto (Ahli Finansial), Riel Tasmaya (Ahli Investasi), Ismail Fahmi (Ahli Market Intelligence), Ferry Fibriandani (Guru Pengembangan Pribadi), Yosef Adji Baskoro (Guru Pemasaran Digital), Fahd Pahdepie (Guru Menulis), Feli Zulhendri (Guru Audio Digital), Arih Budi Utomo (Guru Komunikasi Publik), dan Wendiyanto (Guru Naskah Digital).
Terdapat tiga fokus program yang akan diselenggarakan lewat kelas-kelas Aksilerasi, yang terbagi dalam masing-masing klaster, yaitu klaster C membangun kapasitas, klaster B pengerjaan valuasi bisnis, dan klaster A business investment ready.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : Saifan Zaking
Credit: Source link