Direktur Eksekutif IPI Karyono Wibowo
Jakarta, Jurnas.com – Keinginan sejumlah kalangan untuk menghidupkan kembali kejayaan partai Masyumi dalam mewujudkan gagasan partai Islam tunggal dinilai sangat sulit.
Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute Karyono Wibowo mengatakan, keinginan menghidupkan kejayaan Masyumi sebagai partai Islam tunggal merupakan hak konstitusional dan hak politik warga negara untuk berserikat dan berkumpul.
“Gagasan tersebut sangat ideal dan menjanjikan sebuah harapan,” ujar Karyono dalam keterangan tertulis, Rabu (4/3/2020).
Hanya saja Karyono menilai gagasan “Masyumi Reborn” nampaknya dilatarbelakangi oleh kejayaan masa lalu, dimana Partai Masyumi pernah menjadi partai terbesar kedua setelah Partai Nasional Indonesia (PNI) pada pemilu 1955.
Namun untuk mewujudkan kejayaan Masyumi di masa kini tentu tidak mudah. Apalagi menjadikan Partai Masyumi sebagai satu-satunya partai Islam, akan menghadapi berbagai tantangan berat.
“Terutama menghadapi sindrom tumbuhnya partai politik di tengah euforia demokrasi yang membuka ruang bagi siapapun termasuk tokoh-tokoh Islam untuk mendirikan partai politik,” jelasnya.
Karena itu, Karyono menilai upaya untuk mewujudkan Partai Masyumi sebagai wadah tunggal umat Islam diperlukan kerja keras dan waktu yang sangat panjang. Baik dalam menyatukan visi, kesamaan pandangan, termasuk satu kesamaan kepentingan umat Islam.
“Gagasan tersebut bisa diakselerasi jika ada momentum yang dapat membuat tokoh dan pemimpin umat islam bersatu. Tapi sekali lagi, langkah tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan,” ungkapnya.
Bagi Karyono, mengembalikan kejayaan Masyumi di masa lalu tidak bisa hanya dengan cara “copy paste”. Pasalnya, zaman sudah berubah, dinamika politik sudah berubah, cara pandang masyarakat telah mengalami pergeseran.
Bagi Karyono, liberalisasi dan perkembangan teknologi telah menjadi tantangan tersendiri bagi sebuah partai yang hanya “menjual” ideologi. Meski terkesan berlebihan, ramalan Daniel Bell dalam bukunya “The end of Ideologies” patut menjadi bahan renungan.
“Daniel Bell berpendapat bahwa ideologi politik semakin tidak relevan di antara orang-orang “masuk akal”, dan bahwa pemerintahan masa depan akan didorong oleh penyesuaian teknologi sedikit demi sedikit dari sistem yang ada,” kata Karyono.
Meski ramalan Daniel tidak seluruhnya menjadi kenyataan, Karyono menegaskan hal itu tetapi bisa menjadi bahan evaluasi bagi partai politik masa kini yang masih mengabadikan ideologi masa lalu, agar tetap eksis dalam menghadapi tantangan saat ini dan akan datang.
Lebih jauh Karyono mengingatkan wacana “Masyumi Reborn” atau menghadirkan kembali Partai Masyumi sejatinya bukan hal baru. Pada pemilihan umum tahun 1999 sudah ada partai yang menggunakan nama Masyumi Baru.
Partai ini gagal memperoleh kursi di parlemen karena hanya mendapatkan suara sebanyak 152.589 suara atau 0,14%. Partai ini sama sekali tidak mendapatkan kursi di DPR,” tutup Karyono Wibowo, Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute.
TAGS : Karyono Wibowo Masyumi
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/68427/Pakar-Politik-Sebut-Masyumi-Reborn-Nostalgia-Kejayaan-Lampau/