Joko Widodo dan Prabowo Subianto
Jakarta – Elektabilitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) diyakini akan disalip ketum umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Keyakinan itu didasari lantaran Prabowo selama ini belum turun gunung untuk ke masyarakat.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliantono. Menurut Ferry hal itu berbeda dengan Jokowi sebagai capres petahana yang sudah dideklarasikan sejumlah parpol. Dimana, Jokowi sudah sering disoroti banyak media dan tampil ke masyarakat.
“Sampai saat ini Pak Prabowo masih fokus mengurus pemenangan Gerindra di Pilkada 2018. Belum pikirkan pilpres. Berbeda dengan Pak Jokowi yang dua tahun ini sudah kampanye,” kata Ferry dalam diskusi bertajuk `Jokowi, Pilpres, dan Kita` di Cikini, Jakarta, Sabtu (3/3/2018).
Berdasarkan survei sejumlah lembaga, diketahui Jokowi sebagai incumbent memang masih memiliki elektabilitas yang tertinggi. Peringkat kedua ditempati Prabowo.
Dikatakan, berdasar survei-survei, elektabilitas Presiden Jokowi tidak ada yang mencapai 50 persen. Padahal, Jokowi sudah beberapa tahun melalang buana lakukan kegiatan.
Menurut Ferry, hal itu sangat mengkhawatirkan bagi petahana. Bahkan, klaim Ferry, masyarakat ingin presiden yang baru untuk Indonesia.
“Kesimpulannya, pada 2019 selamat datang Presiden baru RI,” ujar Ferry.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal PDI-Perjuangan, Eriko Sotarduga memprediksi Jokowi berpotensi menjadi calon tunggal di Pilpres 2019. Hal itu, kata Eriko, terlihat dari beberapa faktor yang berkembang saat ini.
Pertama, soal elektabilitas. Dimana, kata Eriko, elektabilitas tertinggi saat ini masih dipegang Jokowi.
Kedua, terkait syarat ambang batas pencalonan presiden. Partai politik atau gabungan parpol diketahui harus mengantongi sedikitnya 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional pada pemilu 2014 lalu untuk dapat mengusung pasangan capres dan cawapres.
Sejauh ini, kata Eriko, sudah lima parpol menyatakan dukungannya untuk Presiden Jokowi selaku petahana. Faktor ketiga, sambung Eriko, keinginan setiap parpol untuk mengincar kemenangan di Pilpres 2019.
Eriko mengklaim, saat ini hampir tidak ada lembaga survei yang melihat potensi calon calon lainnya untuk mengalahkan Jokowi.
“jadi bisa saja (Jokowi) calon tunggal,” ujar Eriko.
Meski demikian, sambung Eriko, PDIP berharap ada tidak hanya dua pasangan calon yang berlaga di Pilpres 2019. Pasalnya, diprediksi akan sangat sengit dan berpotensi membelah masyarakat jika hanya dua.
“Jadi kami harapkan bahwa Pilpres 2019 nanti ada tiga pasangan calon. Supaya belahan yang ada di masyarakat itu tidak terlalu luar biasa,” imbuh Eriko.
Jika tiga calon, kata Eriko, Pilpres 2019 kemungkinan akan terjadi dua putaran. Nah, pada putaran kedua itu diyakini akan menjadi moment meredam perbedaan pendapat antar kelompok masyarakat.
“Ketika putaran pertama selesai, maka putaran kedua baru jadi dua pasangan calon. Supaya belahan tidak luar biasa. Kalau head to head itu luar biasa belahannya,” kata Eriko.
TAGS : Partai Gerindra Joko Widodo Prabowo Pilpres
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/29961/Partainya-Jokowi-vs-Partainya-Prabowo-Saling-Klaim-Capres/