DENPASAR, BALIPOST.com – Proyek Pasar Umum Gianyar menjadi proyek pertama di Bali yang menerapkan konsep green building dengan teknologi BIM (Building Information Modeling) Cubicost. Dengan teknologi tersebut, akan membuat pengerjaan proyek lebih efisien, tepat atau akurat dan cepat. Dengan demikiam energi yang digunakan dalam pembangunan proyek menjadi lebih hemat.
Direktur Utama PT Tunas Jaya Sanur Group Made Budi Atmika yang memenangkan tender proyek Pasar Umum Gianyar, Senin (7/9) mengatakan, sebelum mengerjakan proyek dengan teknologi dari Glodon tersebut, pihaknya telah mendapat training tatacara mengoperasikan software tersebut untuk menghasilkan quantity volume yang lebih real dan tepat.
Menurutnya, gedung Pasar Umum Gianyar dengan pagu anggaran pembangunan Rp 250 miliar ini bisa menjadi role model digital solution. Karena dari pemanfaatan IT penghitungan cost bisa lebih akurat sehingga energi yang digunakan bisa lebih hemat. Dengan software ini margin eror bisa ditekan, tidak lebih dari 3 persen yaitu 2 -2,5 persen.
“Semua proses berbasis visual, digital sehingga tranparansi terbangun, diharapkan ke depannya lebih clear dan bisa dipertanggungjawabkan secara teknis,” jelasnya.
Gedung pasar direncanakan 7 lantai, 2 diantaranya merupakan lantai dasar dan 4 lantai utama. Salah satu syarat yang diperlukan ketika menerapkan green building seperti pemanfaatan air, pengolahan bahan bangunan, dll. “Ini pertama kali di Bali, menerapkan green building construction baik dari sisi pemanfaatan listrik, tidak hanya dari listrik PLN tapi juga memanfaatkan tenaga surya,” ujarnya.
Proyek ini ditargetkan rampung dalam waktu 15 bulan terhitung sejak 14 Agustus 2020 sampai 6 November 2021.
General Manager Glodon Indonesia Shanks fu mengatakan, tujuan menjajaki proyek – proyek di Bali untuk memastikan bahwa akan tercipta lingkungan digital konstruksi di Bali. Dengan metode BIM akan terintegrasi mulai dsri modeling, scheduling, costing dan project managemen hingga green building.
“Karena softaware sudah diset up, ketika gunakan platform yang sama maka ketika dicek oleh auditor, baik BPK maupun Pemda akan terlihat transparansi. Dari sisi waktu, juga levjh cepat misalnya dengan metode konvensional menghabiskan waktu seminggu, dengan BIM bisa tiga hari. Ketepatan penghitungan volume juga sudah pasti, efisiensi waktu dan akurasi,” jelasnya. (Citta Maya/Balipost)
Credit: Source link