DENPASAR, BALIPOST.com – Dari dua kali libur panjang, yakni libur Idul Adha dan peringatan 17 Agustus, lonjakan kasus COVID-19 terjadi. Belajar dari pengalaman dua libur panjang ini, pemerintah maupun RS bersiap menghadapi kemungkinan lonjakan kasus pascalibur Maulid Nabi yang berakhir Minggu (1/11) itu.
Menurut Koordinator RS Darurat COVID-19, Mayjen TNI Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S., M.A.R.S., M.H., RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran saat ini okupansinya terus mengalami tren penurunan. Kondisi ini dikarenakan lebih banyak pasien yang sembuh dibandingkan kasus baru.
Tren ini terjadi sudah sekitar sebulan. Ia menyebutkan Tower 6 dan 7 yang khusus menangani pasien dengan gejala ringan dan sedang, saat ini lebih banyak dihuni pasien dengan gejalan ringan. Bed Occupancy Rate (BOR) kini mencapai 36,3 persen (1.045 orang). Di dua Tower ini masih ada lebih dari seribu bed yang belum terisi.
Sementara itu, untuk Tower 4 dan 5 yang menangani orang tanpa gejala atau isolasi mandiri, BOR nya mencapai 23,4 persenan (729 orang). Masih ada lebih dari 2.000 bed yang belum terisi.
Ia mengatakan sejauh ini, belum ada tren peningkatan jumlah pasien diakibatkan libur panjang yang berlangsung mulai 28 Oktober hingga 1 November itu. Namun, jika melihat keterisian tempat tidur, ia mengaku RS Darurat COVID-19 siap menampung pasien jika terjadi lonjakan kasus.
“Jika melihat di WIsma Atlet, belum ada perubahan dampak libur panjang. Mudah-mudahan tidak memberikan dampak pada hunian rumah sakit,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam Update RS Darurat COVID-19 : Trend Pasca Libur Panjang yang disiarkan akun YouTube BNPB Indonesia dipantau dari Denpasar, Selasa (3/11).
Ia mengakui tren yang mungkin bisa terjadi, akan ada peningkatan kasus usai libur panjang dilihat dari pengalaman libur panjang Idul Adha dan 17 Agustusan. “Kita sudah membicarakan untuk antisipasi bagaimana jika terjadi peningkatan. Ketersediaan hunian di Wisma Atlet sudah siap diantisipasi,” tegasnya.
Namun, ia berharap pengalaman dua libur panjang tidak terulang pada libur panjang kali ini. Terlebih, dari penilaiannya, kesadaran masyarakat mengikuti protokol kesehatan (prokes) sudah terbangun.
Masyarakat adalah garda terdepan untuk memutus rantai penyebaran sehingga tidak ada yang terpapar. “Pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk selalu melakukan prokes mudah-mudahan terus meningkat,” ujarnya.
Tren penurunan jumlah pasien COVID-19 juga dialami RS swasta. Sekretaris Jenderal ARSSI (Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia), drg. Iing Ichsan Hanafi, M.A.R.S. menyebutkan hal ini diduga karena pemberlakuan PSBB di semua wilayah dan kesadaran masyarakat untuk menjaga diri. “Obat-obatan di RS swasta juga sudah tersedia dan tenaga medis juga sudah siap lagi,” sebutnya.
Menghadapi pascaliburan, ia mengatakan tetap melakukan antisipasi. Meskipun dalam dua hari ini belum terlihat ada kecenderungan meningkat.
Ia mengatakan RS swasta sudah mempersiapkan ruangan dan fasilitas penunjang. “Ini merupakan kesempatan memperbaiki sehingga ketika terjadi lonjakan akan siap,” jelasnya.
Dikatakannya, keterisian RS swasta untuk pasien COVID-19, relatif sedikit karena tren kasus mengalami penurunan. “Tidak ada masalah untuk ketersediaan bed jika pasien COVID-19 masuk ke RS swasta,” tegasnya.
Di beberapa daerah pun, lanjutnya, ketersediaan bed di RS swasta masih mencukupi. Ia sepakat dengan adanya penilaian masyarakat saat ini sudah makin meningkat kesadaran prokesnya. Namun, yang perlu ditekankan adalah menghilangkan stigma bahwa terkena COVID-19 merupakan suatu yang nista. “Jangan berpikir kena COVID-19 ini suatu yang nista,” ujarnya. (Diah Dewi/balipost)
Credit: Source link