JawaPos.com – Industri pariwisata terjun bebas tahun lalu. Kini saatnya bisnis yang berkaitan erat dengan perhotelan, maskapai, dan kuliner itu bangkit. Karena belum semua negara membuka akses global, harapan besar bergantung pada wisata lokal.
Sekelompok orang berpakaian merah mewarnai Batu Love Garden (Baloga), Jawa Timur, pekan lalu. Mereka adalah rombongan pengusaha travel yang sedang menjajaki potensi destinasi wisata teranyar di Batu tersebut. Mereka menyebut aktivitas itu familiar trip atau fam trip.
“Untuk memperkaya daftar lokasi yang bisa dikunjungi dalam tur,” ungkap Kabid Komunikasi Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) 71 Nanik Sutaningtyas.
Dia berharap para pemilik biro wisata dapat menggairahkan kembali kunjungan di dalam negeri. Masih menantang, memang. Sebab, sejumlah daerah masih mengunci rapat akses keluar-masuk.
“Harapan kami, vaksinasi bisa memperbaiki itu. Kabar bahwa Bali akan membuka akses pertengahan tahun ini juga santer,” ucapnya.
Berbeda dengan pemilik travel, para pengelola tempat wisata masih menahan diri. Mereka juga menghindari promo besar-besaran. Termasuk Baloga.
“Kalaupun kami grand opening, untuk apa kalau memang tidak ada pengunjung,” ujar Titik A. Ariyanto, manager marketing dan public relation Jatim Park Group.
Saat ini, fokus jaringan tempat wisata di Batu itu ialah mempertahankan operasional. Salah satu strateginya adalah pembatasan jam operasional. Sejauh ini, ada tiga lokasi yang hanya buka pada akhir pekan.
Secara nasional, Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyebut arus wisatawan domestik masih lesu. Januari lalu, rata-rata tingkat okupansi hotel masih di bawah 20 persen.
Namun, kuartal I memang selalu menjadi periode paling sepi bagi hotel. Hanya, kali ini pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) memperparah kondisi tersebut.
Meski tingkat okupansi masih rendah, PHRI optimistis ada peningkatan karena vaksinasi Covid-19 mulai merata. Hariyadi berharap vaksinasi menimbulkan efek bergulir di sektor bisnis perhotelan dan mulai terasa pada kuartal II.
“Perkiraan kami, okupansi bisa mencapai 35–40 persen setelah Lebaran,” tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menegaskan, pariwisata harus menjadi bagian penting dari pemulihan ekonomi. Dia menyayangkan pembatasan yang terlalu ketat di sektor pariwisata.
“Kalau kita lihat, pariwisata selalu jadi kambing hitam peningkatan kasus di kemudian hari. Tapi, saya ingin bilang bahwa pariwisata is a part of the solution,” tuturnya.
Yang perlu dipegang teguh adalah penerapan protokol kesehatan. Dia berharap masyarakat mampu beradaptasi dengan ‘cara’ berwisata pada era kelaziman baru.
“Sekarang sudah vaksinasi. Ini game changer,” kata Sandi.
Di sisi lain, pengamat pariwisata Agoes Indrianto berharap pemerintah tidak salah langkah dalam memanfaatkan pariwisata sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi. Menurut dia, poin pembatasan mobilisasi dan interaksi dalam program 5M akan mematikan pariwisata.
Editor : Estu Suryowati
Reporter : (agf/bil/c18/hep)
Credit: Source link