JawaPos.com – Ekonomi sirkular menjadi salah satu tren sekaligus peluang bisnis kekinian. Nilai ekonominya tak main-main. Bahkan ditaksir bisa mencapai 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2030, dengan penyerapan tenaga kerja hingga 4,4 juta orang.
Demikian disampaikan oleh Bambang PS Brodjonegoro selaku Board of Trustee National Center for Corporate Reporting (NCCR) dalam sambutannya dalam peresmian nama dan logo baru NCCR yang sebelumnya dikenal dengan National Center Sustainability Report (NCSR). Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) RI itu menuturkan, pengembangan ekonomi sirkular dapat memperkuat ekonomi lokal secara inklusif dan secara sosial.
“Ekonomi sirkular akan mendorong 4,4 juta penciptaan lapangan kerja bersih hingga tahun 2030, dimana 75 persen dari pekerjaan ini adalah untuk perempuan. Transisi ke praktik ekonomi sirkular akan meningkatkan PDB Indonesia sebesar Rp 593-638 triliun atau setara dengan 2,3-2,5 persen PDB pada tahun 2030,” kata Bambang Brodjonegoro beberapa waktu lalu.
Namun untuk mewujudkan hal ini, lanjutnya, tentu saja diperlukan kerja sama yang ambisius dengan melibatkan pemerintah, perusahaan, masyarakat sipil, lembaga keuangan dan organisasi penelitian. Ekonomi sirkular ini menjadi tema utama Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2022 yang bertajuk “Pathway to Circular Economy”.
Penghargaan yang telah berjalan selama 18 tahun ini juga diikuti oleh negara lain, yaitu, Bangladesh, Filipina, Australia, dan Rusia. Ketua NCCR Dr. Ali Darwin menuturkan, saat ini, informasi keberlanjutan tidak hanya tercakup dalam laporan keberlanjutan yang berdiri sendiri, tetapi juga dapat dimasukkan dalam laporan keuangan tahunan atau laporan tahunan perusahaan. Selain itu, framework pelaporan keberlanjutan tidak hanya berdasarkan GRI tetapi juga dari berbagai organisasi lainnya, yang terbaru adalah dari IFRS Sustainability melalui IFRS Foundation
“Berdasarkan pertimbangan inilah, maka nama NCSR baru saja diubah menjadi NCCR, yang berarti bahwa kami tidak akan terlibat dengan laporan keberlanjutan saja, tetapi lebih dari itu, yang mencakup semua jenis pelaporan perusahaan,” kata Ali.
Lebih lanjut dia menilai, tema ASRRAT kali ini sangat relevan dengan upaya untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. “Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan harus dikomunikasikan kepada publik melalui Laporan Keberlanjutan. Sejauh mana suatu entitas berkontribusi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan serta pencapaian kinerja ESG-nya, semuanya dapat dipertanggungjawabkan dalam Laporan Keberlanjutan,” tuturnya.
Pada kesempatan sama, Ketua Dewan Juri ASRRAT 2022, Prof. Eko Ganis Sukoharsono, Ph.D, CSRA, mengatakan bahwa pandemi Covid 19 telah membawa banyak pelajaran bagi profesi sustainability practitioner. Berbagai solusi dan inovasi telah dikembangkan.
“Tiga tahun kita berada di masa Covid-19, inovasi yang mengejutkan hadir melalui standar baru GRI, yang disebut GRI Standards 2021. Penilaian didasarkan pada tingkat kepatuhan pelaporan keberlanjutan terhadap Standar GRI,” jelasnya.
Dalam penilaian ini, dewan juri melibatkan penilai dari sarjana independen dari 15 universitas di Indonesia, dan satu penilai dari University of Essex UK. NCCR memberikan empat peringkat laporan keberlanjutan, yaitu Platinum (tertinggi), Gold, Silver, dan Bronze.
Sebagai informasi ASRRAT 2022 diikuti oleh 50 perusahaan/organisasi. Sebanyak 10 perusahaan meraih peringkat Platinum.
Perusahaan tersebut adalah PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank BTPN Tbk, PT Indonesia Power, dan PT Bio Farma (Persero). Kemudian, PT Petrokimia Gresik, PHE ONWJ, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank BJB, dan PT Pupuk Kalimantan Timur.
Credit: Source link