Gunung Botak di Pulau Buru, Maluku (foto: Sindo)
Ambon – Penggunaan bahan kimia di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku oleh para penambang emas ilegal kian meresahkan. Dampak bahan kimia seperti merkuri tidak hanya merusak lingkungan, namun juga mengancam kesehatan masyarakat sekitar Pulau Buru, melalui proses rantai makanan.
“Di satu sisi masyarakat terus melakukan penambangan ilegal, namun di sisi lain aktivitas penambangan masyarakat membahayakan lingkungan, karena menggunakan bahan merkuri,” kata Ketua Komite II Dewan Perwakilan Daerah Parlindungan Purba.
Parlindungan menambahkan DPD mendapati informasi bahwa masyarakat kawasan Gunung Botak keberatan bila lahan tersebut ditutup dari akses masyarakat.
“Tentu saja permasalahan seperti ini harus diatasi dengan pendekatan yang tepat sehingga kepentingan masyarakat dan kepentingan negara tidak saling bertabrakan,” ujar senator asal Sumatera Utara tersebut.
Sementara senator asal Maluku Anna Latuconsina menyebut penambangan emas ilegal di Pulau Buru, berpotensi menimbulkan dampak pada pembangunan di masa depan. Karena itu, dia mengimbau penyelesaian masalah tersebut dilakukan dengan baik-baik.
“Pada 2015 lalu kami juga sempat mendatangi Gunung Botak. Kita melihat pencemarannya luar biasa,” terangnya.
Penambangan emas ilegal di Gunung Botak telah mendapatkan perhatian serius dari Presiden Joko Widodo. Presiden menginstruksikan penambangan emas di Gunung Botak segera ditutup. Meski demikian, masih ada saja penambang ilegal yang kembali ke kawasan tersebut.
TAGS : Gunung Botak Pulau Buru Info DPD
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/25769/Penambangan-Emas-di-Gunung-Botak-Meresahkan/