JawaPos.com – Pemerintah beberapa hari lalu telah resmi menaikkan harga LPG non subsidi menjadi sekitar Rp 15.500 per kilogram (kg). Penyesuaian ini merupakan respons dari kenaikan industri minyak dan gas dunia.
Menurut Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah, kenaikan ini membuat masyarakat semakin tertekan. Bukan hanya krisis kesehatan, namun juga terjadi krisis ekonomi karena harga komoditas makin meningkat.
“Semua harga naik, masyarakat yang klenger. Menurut saya, pemerintah harus menjamin ketersediaan,” tutur dia kepada JawaPos.com, Kamis (3/3).
Ia mengatakan bahwa kenaikan salah satunya disebabkan karena akan ada momentum Bulan Suci Ramadhan. Namun, tidak dipungkiri juga fenomena ini adalah tata kelolanya yang tidak baik.
“Ini sebenarnya persoalannya ada di tata kelola yang lemah karena tidak transparan, lalu juga pengawasannya yang lemah, kemudian tidak ada kemauan politik untuk menstabilkan harga,” tuturnya.
Kenaikan harga LPG non subsidi disinyalir akan merembet kepada kenaikan gas subsidi, yakni gas 3 kg atau biasa disebut gas melon. Pasalnya, masyarakat akan beralih ke gas melon, dengan itu maka permintaan meningkat dan kemungkinan ada kelangkaan yang membuat harga naik.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : Saifan Zaking
Credit: Source link