Penjelasan Megawati Soal Milenial Jangan Dimanjakan

by

in

JawaPos.com – Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menanggapi terkait permintaanya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar tidak terlalu memanjakan kalangan milenial.

Saat memberikan arahan dalam Rapat Koordinasi Bidang DPP PDIP dengan tema Gerakan Menanam dan Politik Anggaran: Kebijakan Terobosan Investasi, Sabtu (31/10), Megawati mengatakan dirinya memantau banyak yang memviralkan pernyataannya pada 28 Oktober lalu. Pemicunya adalah karena ada perkataan Megawati kepada Presiden Jokowi agar jangan memanjakan generasi milenial.

“Karena apa? Terus kalau sudah disebut generasi milenial, saya nanya, apa baktinya bagi negeri ini? Lalu jadi malah ada talkshow dan sebagainya. Saya senang saja. Tentu sifatnya pro dan kontra,” kata Megawati.

Megawati menjelaskan maksud pernyataannya itu. Kepada para peserta rakor PDIP, Megawati mempertanyakan alasan mereka terus mengangkat dirinya sebagai ketua umum partai sejak pertama berdiri hingga saat ini. Menurut Megawati, pilihan kepada dirinya untuk memimpin partai adalah karena disadari sepenuhnya partai butuh pemimpin yang mengarahkan ke arah kebaikan ke depan, bukan mundur ke belakang.

Hanya saja, sebagai pemimpin tertinggi partai, Megawati mengaku kerap masih belum merasa puas sepenuhnya dengan para kader partai yang mayoritas adalah kalangan milenial. Bagi Megawati, kalangan milenial adalah yang lahir mulai tahun 1980-an.

Misalnya, Megawati melihat bahwa masih ada kader yang tak serius saat lagu Indonesia Raya, mengheningkan cipta, dan menaikkan bendera Merah Putih. Padahal itu adalah protokol kenegaraan. “Karena apa? Siapa yang akan membela dan menghormati negara kita kalau bukan kita sendiri?” imbuh Megawati.

“Saya butuh kader yang punya jiwa raga, fighting spirit. Makanya saya bilang jangan manjakan milenial. Apa baktinya bagi negeri ini. Bagi saya milenial ini kan lahir sekitar tahun 1980-an. Ya kalian ini banyak juga. Jangan mejeng saja. Harus berbuat. Jangan ada di partai ini kalau tidak berbuat,” tambahnya.

Megawati memberi contoh lain kasus likuifaksi di Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu. Para pemimpin daerah maupun kalangan milenial seharusnya mempelajari fenomena itu untuk mencari jalan keluarnya. Megawati mengaku sudah belajar praktik di Tiongkok dan di Jepang soal metode menghadapi bencana alam. Dan Indonesia memang jauh tertinggal.

“Kalian mungkin heran kenapa ketua umum bisa tahu? Karena saya belajar. Saya juga pengin kalian itu belajar, jangan mejeng doang,” imbuhnya.

Pada arahannya itu, Megawati juga menyinggung bahwa banyak kalangan milenial yang sukses. Namun khususnya mereka yang sukses adalah yang berprofesi sebagai pengusaha.

“Tapi yang lain? Yang saya maksud, berapa banyak rakyat yang sudah kamu tolong? Saya ingin rakyat punya harapan. Partai ini, membawa kemajuan dan kesejahteraan ke depan. Tapi bagaimana bisa kalau manja? Ya ngamuk lah saya. Bilang milenial tak boleh dimanja,” katanya.

“Gara-gara omongan saya, sampai banyak talkshow. Wah keren saya. Pernyataan saya sampai dibawa talkshow. Padahal ya rakyat Indonesia memang harus digembleng untuk punya fighting spirit, tahu membawa Indonesia maju ke depan, membawa rakyat sejahtera,” tukasnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menambahkan bahwa apa yang disampaikan Megawati adalah pesan bagi kader muda partai, termasuk bagi milenial. Semua harus berjuang keras memberikan darma baktinya buat bangsa dan negara.

“Apa yang disampaikan ibu ketua umum adalah tantangan menggembleng diri, agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, demi memajukan bangsa dan negara,” katanya.

Menurut Hasto, sejarah para pendiri Indonesia sudah membuktikannya. Bagaimana Bung Karno, pada usia 16 tahun, sudah menggembleng diri dengan membaca banyak buku, berkontemplasi, dan menuliskan berbagai artikel. Isinya menggelorakan dan menggugah kesadaran berbangsa dan negara.

“Itu usia 16 tahun. Itu yang harusnya kita refleksikan. Di masa sulit saja Bung Karno mampu melaksanakan itu, Bung Karno bisa melakukan itu. Begitu juga Ibu Megawati, di usia 14 tahun menjadi peserta termuda delegasi Gerakan Non Blok di Yugoslavia,” urai Hasto.

“Jadi mari kita kobarkan semangat menggembleng diri. PDI Perjuangan membuka diri bagi kepemimpinan muda. Tapi syaratnya harus menggembleng diri dan menyadari tanggung jawabnya bagi bangsa dan negara,” pungkasnya.

Sebelumnya, ‎Megawati meminta Presiden Jokowi untuk tidak memanjakan kaum milenial. Megawati juga mempertanyakan apa sumbangsih generasi muda kepada negara saat ini.

“Anak muda kita, aduh saya bilang sama Presiden, jangan dimanja, dibilang generasi kita generasi milenial. Saya mau tanya, hari ini apa sumbangsihnya generasi milenial yang sudah tahu teknologi seperti kita bisa virtual tanpa harus bertatap langsung,” kata Megawati dalam sambutannya saat peresmian kantor DPD-DPC PDIP secara virtual, Rabu (28/10).

Mega kemudian menyebut perilaku generasi milenial hanya demo saja. Hingga merusak fasilitas publik. Dia kesal fasilitas publik yang dirusak karena aksi demo beberapa pekan lalu.

“Apa sumbangsih kalian kepada bangsa dan negara ini? Masak hanya demo saja, nanti saya di-bully, saya enggak peduli hanya demo saja, ngerusak apakah ada di dalam aturan berdemo diizinkan karena ketika reformasi, kita masuk ke alam demokrasi. Tapi adakah aturannya bahwa untuk merusak? Enggak ada,” tegasnya.

Saksikan video menarik berikut ini:


Credit: Source link