Pentingnya Mengejar Golden Hour, Tekan Risiko Kematian Pasien Jantung dan Stroke

indopos.co.id – Dalam dunia medis, khususnya pada penanganan pasien kardiovaskular (penyakit jantung), stroke, hingga korban kecelakaan, ada istilah golden hour. Bagi pasien penyakit jantung, 90 menit adalah waktu paling kritis. Pun begitu dengan pasien stroke, tiga hingga empat jam usai serangan pertama harus segera ditangani.

Sedangkan untuk korban kecelakaan, golden hour-nya lebih singkat lagi, hanya 60 menit. Jika lewat dari golden hour, risikonya adalah kematian dan cacat pada pasien. Di tengah kondisi Jakarta yang dibayangi kemacetan, banyak pasien jantung dan stroke yang datang ke rumah sakit (RS) sudah melewati golden hour.

”Banyak kasus penyakit jantung yang terlambat ditangani dokter berujung pada kematian dan kecacatan,” sebut Direktur RS Medistra Dini Handayani, MD, MARS, FISQua, saat acara peluncuran layanan Heli Medistra hasil kerja sama RS Medistra dan PT Whitesky Aviation di Cengkareng Heli Port, Tangerang, Rabu (19/8) lalu.

Dirinya menjelaskan, pasien penyakit jantung sebelum Pandemi COVID-19 yang berobat ke RS Medistra rata-rata 15-20 pasien perhari. Baik pasien dari Jabodetabek maupun luar kota.

”Selama pandemi mengalami penurunan memang. Bukan karena pasien jantung berkurang, tapi karena keengganan mengunjungi fasilitas kesehatan di masa COVID-19 ini,” bebernya.

Melihat banyaknya pasien dengan risiko kematian tinggi, seperti jantung, stroke, dan kecelakaan lalu lintas, pihaknya merasa perlu untuk meluncurkan layanan premium Heli Medistra. Di Indonesia, lanjutnya, dia mengklaim bahwa layanan ”ambulance di udara” ini adalah yang pertama.

”Saya sih melihat belum ada ya. Kan kalau kita lihat di negara lain, jika ada kecelakaan, langsung jalanan ditutup untuk pendaratan heli medis. Di Indonesia belum ada,” ucapnya.

Dirinya melihat urgensi dari layanan Evakuasi Medis (Medicine Evacuation/Medevac) tersebut. ”Layanan ini untuk mempermudah pasien dalam kondisi emergency yang butuh evakuasi menuju RS Medistra. Selanjutnya, pasien akan ditangani dengan fasilitas medis, sekaligus tenaga medis dan paramedis yang berkualitas,” terangnya lagi.

Dini menggambarkan situasi perjalanan pasien dengan ambulance dan heli medis. Perbandingan waktu tempuh dari Cikarang ke Jakarta misalnya, kata dia, bisa memakan waktu lebih dari tiga jam, sedangkan dengan heli hanya ditempuh dalam waktu 15 menit.

”Berarti kan bisa mengejar golden hour. dengan heli medis, kami punya standar 30 menit pasien sudah bisa ditangani dengan tenaga medis di RS. Waktu penanganan tercepat adalah kunci menekan risiko kematian,” imbuhnya.

Sementara itu, CEO PT Whitesky Aviation Denon B Prawiraadmadja melihat potensi besar layanan heli medis seperti ini. Jika berkaca dari luar negeri, keberadaan heli sebagai angkutan medis sudah bukan barang baru. Bahkan berkembang pesat.

”Justru di luar negeri itu, heli untuk layanan kesehatan sedang booming. Jadi RS Medistra ini sudah berpikir advance terkait pelayanan medis lewat udara ini,” urainya di acara yang sama. Dia juga menyebut, sekarang bukan saatnya penggunaan voorijder untuk melancarkan perjalanan ambulance, tapi heli medis bisa jadi pilihan.

”Heli medis bisa menjadi pilihan dalam situasi emergency medis. Apalagi di adaptasi kehidupan baru ini, menjaga jarak menjadi keharusan, ini sangat efisien. Tentu saja, terobosan ini juga kemajuan bagi dunia medis dan industri penerbangan,” ucapnya. (sic)

Credit: Source link