Ilustrasi Kahutla (foto: UPI)
Riau, Jurnas.com – Pemerintah daerah Provinsi Riau menyediakan rumah singgah bagi warga terdampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Rumah singgah dikhususkan bagi mereka yang rumahnya tidak bisa dihindarkan dari kabut asap yang masuk ke dalam rumah mereka.
Rumah singgah disediakan dalam bentuk bangunan kosong. Di dalamnya terdapat tenaga medis, pendingin udara dan tertutup, serta tidak ada celah yang bisa membuat kabut asup masuk ke dalam ruangan.
Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Ahmad Yurianto mengatakan semua bagian ruangan harus tertutup, tidak terkecuali celah-celah jendela dan pintu.
Rumah singgah yang baik menurutnya adalah sebuah ruangan yang terdapat pendingin udara, ventilasi jendela atau pintu yang ditutupi kain, dan memasang penghisap udara.
“Rumah singgah lebih baik terpasang penghisap udara dari dalam ke luar. Masyarakat dalam satu rumah bisa membuat ruangan seperti rumah singgah,” katanya saat meninjau rumah singgah di kantor Dinas Sosial.
Kain yang digunakan untuk menutupi ventilasi di rumah singgah, dr. Yuri, mo merekomendasikan untuk menggunakan kain dakron. Kain tersebut disemprotkan air secara berkala.
Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek menjelaskan kain yang disemprotkan air tersebut akan menghambat partikel asap terhirup manusia.
“Karena itu saya usulkan di rumah-rumah ada satu ruangan seperti rumah singgah, jendelanya tertutup kain dakron yang dibasahi secara berkala supaya ketika asap masuk partikelnya nempel di kain itu, tidak masuk ke hidung,” kata Menkes.
Menkes Nila didampingi dr. Yuri, Plt Kepala Pusat Krisi Kesehatan Didik Budijanto, dan Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir meninjau langsung 4 rumah singgah di provinsi Riau, antara lain rumah singgah di kantor Dinas Sosial, rumah singgah di rumah jabatan Sekretariat Daerah, rumah singgah di kantor Dinas PUPR, dan rumah singgah di Puskesmas Sidomulyo.
Dari peninjauan tersebut Menkes menyimpulkan masih ada warga yang kurang mengetahui bagaimana cara menghindari diri dari asap. Menkes menjelaskan bahwa rumah singgah bukan tempat warga untuk berpindah.
“Rumah singgah bukan tempat memindahkan orang dari rumah ke satu ruangan, melainkan khusus bagi warga yang bagian dalam rumahnya memang sudah dipenuhi asap,” kata Menkes.
Saat ini sudah ada kurang lebih 22 rumah singgah di Provinsi Riau. Itu menjadi upaya sektor kesehatan dalam mencegah dan mengobati warga terdampak Karhutla. Selain itu sektor kesehatan telah menyiagakan Puskesmas 24 jam dan mendirikan posko di setiap Puskesmas.
TAGS : Rumah Singgah Kebakaran Hutan
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/59530/Pentingnya-Rumah-Singgah-untuk-Warga-Terdampak-Karhutla/