GKR Hemas (foto: Tribun Jogja)
Jakarta – Indonesia sudah berusia 73 tahun, namun kiprah perempuan dan laki-laki di dunia politik belum proporsional. Masih banyak perempuan menahan diri tidak terjun ke politik, karena takut kecipratan hal-hal yang dianggap ‘kotor’. Dan, fenomena korupsi yang menjamur belakangan ini membuat citra politik makin menakutkan.
Namun, bagi Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, politik tak semenakutkan yang dibayangkan. Justru perempuan harus lebih banyak lagi terjun ke dunia politik. Pasalnya, di negeri yang berasaskan demokrasi ini, hanya politik yang bisa dijadikan alat untuk menyampaikan aspirasi, dan menelurkan kebijakan.
“Saya katakan bahwa dunia politik itu bukan suatu hal yang menakutkan, tapi justru pengambilan kebijakan itu ada di dunia politik,” kata GKR Hemas di kediamannya, Menteng, Jakarta.
Menurut Hemas, sah-sah saja punya kekhawatiran terjebak dalam politik kotor. Akan tetapi, di lain sisi perempuan seharusnya sudah punya modal untuk memagari integritasnya dan mampu berpikir masak-masak dalam pengambilan keputusan.
“Dalam rumah tangga saja banyak perempuan yang berperan sebagai pengambil keputusan. Sehingga ini sebenarnya sangat mudah. Sekarang tinggal mengembangkan pemikiran perempuan Indonesia untuk mengambil keputusan yang lebih besar,” jelas salah satu pendiri Gerakan Pemberdayaan Swara Perempuan (GPSP) bersama mendiang wartawati senior Herawati Diah ini.
Saat ini Hemas menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI periode 2014-2019. Dan modal sukses perempuan kelahiran 31 Oktober 1952 ini dalam berpolitik hanya satu, yakni komitmen. Sebab, selain berpolitik, Hemas juga masih memiliki kesibukan mengurus keluarga serta berbagai aktivitas sosial lainnya.
“Harus ada komitmen juga di keluarga, karena saya menganggap masih ada tenaga dan pikiran yang tidak hanya untuk keluarga saja, tapi untuk orang lain,” tegasnya.
TAGS : Perempuan GPSP GKR Hemas
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/28564/Perempuan-Jangan-Takut-Berpolitik/