Sri Mulyani dan Mohamad Nasir (foto: Humas Dikti)
Medan – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong perguruan tinggi melibatkan industri sebagai end user, dalam rangka pengembangan kurikulum berbasis kompetensi.
Pasalnya, kata Nasir, banyak dosen yang mengeluhkan mahasiswa yang ditolak magang di industri. Dalam kasus lain, mahasiswa kesulitan mengimplementasikan kompetensinya di perusahaan saat magang.
“Industri sebenarnya membutuhkan tenaga kerja. Namun skill yang mereka butuhkan tidak sesuai dengan yang selama ini diberikan oleh sistem pendidikan tinggi kita,” ujar Menristekdikti dalam Sidang Pleno Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (AFEBI) XIV di Hotel LePolonia , Medan Jumat (3/8) malam.
Selain melibatkan industri dalam kurikulum, Nasir juga meminta perguruan tinggi menyiapkan tenaga kerja yang melek teknologi. Untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), contohnya, dapat mengadaptasi tren pengembangan kurikulum seperti critical thinking, big data analysis, digital disruption and digital media, inovasi, kreativitas dan enterpreunership, kecerdasan buatan, sains, hingga e-commerce.
“Kecakapan soft skill menjadi sangat penting sekali untuk dikuasai lulusan pada pekerjaan yang tidak bisa digantikan oleh robot. Soft skill seperti kerjasama, komunikasi, etika dalam bekerja, penampilan, empati, dan kecerdasan emosional itu penting untuk kesuksesan karir atau bisnis dibandingkan hasil akademik,” tutur Nasir.
TAGS : Pendidikan Perguruan Tinggi Kurikulum
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/38821/Perguruan-Tinggi-Didorong-Libatkan-Industri-dalam-Kurikulum/