Peringatan Runtuhnya Tembok Berlin, Presiden Jerman: Bukan Akhir Sejarah

by

in
Peringatan Runtuhnya Tembok Berlin, Presiden Jerman: Bukan Akhir Sejarah

Pada 9 November 1989, Jerman Timur mengumumkan jalan bebas bagi warganya melalui pos pemeriksaan perbatasan, menjadikan Tembok Berlin hampir tidak relevan

Jakarta, Jurnas.com  – Pada Sabtu (9/11) rakyat Jerman merayakan 30 tahun jatuhnya Tembok Berlin yang sempat memisahkan negara itu menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur di tugu Bernauer Strasse Berlin Wall Memorial.

Peringatan sejarah Jerman itu dihadiri  Kanselir Jerman Angela Merkel serta beberapa petinggi negara dari Polandia, Hungaria, Slowakia dan Republik Ceko. “Bersama para sahabat, kita mensyukuri peristiwa pada 30 tahun lalu,” kata Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier.

Jatuhnya Tembok Berlin mengakhiri terpisahnya Jerman Timur dengan sistem pemerintahan Komunis dan Jerman Barat dengan sistem Kapitalis yang berlangsung selama tiga dasawarsa. Perang dingin antara dua wilayah itu pun berakhir dengan penyatuan Jerman pada 1990.

“Tanpa ada keberanian dan keinginan bebas dari rakyat Polandia, Hungaria, Ceko, dan Slowakia, upaya perdamaian di Eropa Timur serta penyatuan Jerman tidak akan terjadi,” tambah Steinmeir.

Dalam upacara itu, Steinmeier bersama presiden sejumlah negara seperti Polandia, Hungaria, Slowakia, dan Republik Ceko meletakkan bunga mawar di sisa-sisa reruntuhan tembok.

Untuk pertama kalinya pada Agustus 1989, Pemerintah Hungaria mengizinkan warga dari Jerman Timur melintasi perbatasan dengan bebas ke Austria. Kebijakan itu pun menjadi awal mula jatuhnya Tembok Berlin pada tiga bulan kemudian, serta mengakhiri rezim negara tertutup (iron curtain) di kawasan.

Steinmeier menjelaskan jatuhnya Tembok Berlin bukan akhir dari perjalanan sejarah sebagaimana disampaikan sejarawan Amerika Serikat, Francis Fukuyama dalam bukunya. Dinamika politik di Jerman, menurut dia, terus berlanjut. Bahkan, masa depan tidak sepasti sebagaimana yang dibayangkan banyak pihak.

“Sistem demokrasi liberal saat ini tengah menghadapi tantangan dan banyak dipertanyakan,” kata Steinmeier. Oleh karena itu, Jerman dan negara-negara lain di Eropa perlu terus menjalankan kewajibannya mengatasi perbedaan antarpihak demi menjaga perdamaian dan kesatuan Eropa, ia menambahkan.

Pesan Steinmeier diulang kembali oleh Merkal dalam pidato singkatnya saat upacara peringatan.

“Nilai-nilai yang menjadi dasar berdirinya Eropa seperti kebebasan, demokrasi, kesetaraan, aturan hukum, hak asasi manusia, dan prinsip lainnya tidak perlu dibuktikan kembali kesahihannya. Prinsip-prinsip itu perlu terus diperjuangkan dalam kehidupan bernegara setiap harinya,” kata Merkel.

Selain upacara peringatan, perayaan jatuhnya Tembok Berlin dilanjutkan dengan pesta rakyat di Gerbang Brandenburg pada sore hari. Pesta rakyat itu diisi dengan pertunjukkan musik orkestra oleh Daniel Barenboim, serta musik elektro yang dipandu oleh DJ terkenal Jerman, WestBam.

TAGS : Tembok Berlin Negara Fasis Sejarah Jerman

This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin

Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/62215/Peringatan-Runtuhnya-Tembok-Berlin-Presiden-Jerman–Bukan-Akhir-Sejarah/