JawaPos.com-Pertumbuhan ekonomi nasional pada 2022 tercatat sebesar 5,31 persen secara tahunan atau year on year (YoY). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim angka tersebut merupakan capaian tertinggi sejak tahun 2014 atau sejak kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Airlangga mengatakan, ekonomi kuartal IV-2022 sebesar 5,01 persen secara YoY dan sepanjang tahun 2022 tumbuh 5,31 persen melampaui target yang ditetapkan pemerintah yakni sebesar 5,2 persen. Bahkan, angka tersebut berhasil kembali mencapai level 5 persen sebelum pandemi Covid-19.
“Pertumbuhan jauh lebih tinggi dari angka pre-Covid yaitu yang rata-rata sebesar 5 persen sebelum pandemi. Dan ini merupakan angka yang tertinggi sejak masa pemerintahan Bapak Presiden Joko Widodo,” ujar Airlangga dalam konferensi pers, Selasa (7/2).
Airlangga menjelaskan, dari sisi permintaan mayoritas komponen pengeluaran pada kuartal IV-2022 tumbuh kuat. Didukung windfall komoditas unggulan, ekspor mampu tumbuh double digit mencapai 14,93 persen (YoY).
Sementara itu, impor tumbuh 6,25 persen (YoY) dengan didorong oleh kenaikan impor barang modal barang modal dan bahan baku. Lebih lanjur, laju pertumbuhan konsumsi sebagai kontributor utama PDB tercayat 4,48 persen (YoY) seiring dengan pertumbuhan PMTB sebesar 3,33 persen (YoY). “Dan konsumsi LNPRT sebesar 5,70 persen (YoY). Meski demikian, konsumsi pemerintah masih mengalami kontraksi sebesar -4,77 persen (YoY),” jelasnya.
Selanjutnya, dari sisi suplai seluruh sektor lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif di kuartal IV-2022. Sektor transportasi dan pergudangan menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 16,99 persen (YoY) diikuti oleh sektor akomodasi dan makan minum yang tumbuh sebesar 13,81 persen (YoY).
“Didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat serta peningkatan kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara. Sektor industri pengolahan sebagai kontributor terbesar PDB juga mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 5,64 persen (YoY),” lanjutnya.
Meski begitu, pemerintah memastikan akan terus waspada dan antisipatif dengan kondisi pelambatan ekonomi global yang akan menurunkan tingkat permintaan. “Dengan demikian, penguatan core ekonomi dalam negeri melalui konsumsi dan investasi akan menjadi faktor utama untuk meningkatkan resiliensi ekonomi Indonesia di tahun 2023 karena kinerja ekspor yang sebelumnya tumbuh tinggi diperkirakan akan melambat,” tandasnya. (*)
Editor : Dinarsa Kurniawan
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Credit: Source link