JawaPos.com – Pemerintah mendorong perusahaan yang menjalankan bisnisnya di Indonesia lebih bertanggung jawab dan sensitif dalam penanganan penanggulangan bencana seperti wabah pandemi covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini. Optimalisasi penanganan saat ini menjadi penting agar menjaga keberlanjutan operasional bisnis.
Sekretariat Proper Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Sigit Reliantoro mengatakan, pada umumnya para perusahaan hanya memperhatikan kepentingan bisnis. Padahal dalam analisis dampak lingkungan atau amdal sudah dikenal dengan batasan proyek, batasan ekologis, batasan sosial, batasan administrasi, dan lain semacamnya.
“Karena pada dasarnya kalau terjadi bencana maka akses karyawan terganggu. Proses produksi barang dan jasa terganggu. Bahkan supplier yang memberikan barang dan jasa juga terganggu,” kata Sigit, dalam Iconomics CSR Award 2020, Jumat (4/12) malam.
Ia melanjutkan, dalam konteks Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan harus mengantisipasi bencana termasuk pandemi covid-19 yang saat ini terjadi. Setidaknya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan perusahaan. Pertama, memenuhi kewajibannya terkait antisipasi bencana. Kedua, meminimalisir dampak bencana terhadap kegiatan.
“Ketiga, perusahaan bisa menciptakan kesempatan dari kebencanaan dengan membuat hal-hal yang positif baik untuk karyawannya maupun masyarakat yang ada di sekitar sehingga tercipta sebuah nilai yang tidak hanya memberikan dampak positif kepada perusahaan tetapi juga kepada masyarakat sekitarnya,” tuturnya.
Dengan demikian, kata Sigit, pihaknya berharap perusahaan lebih sensitif terhadap isu kebencanaan ini. Paling tidak diharapkan yang pertama jangan sampai ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
“Pandemi covid-19 memberikan pelajaran kepada kita semua untuk lebih peduli dan mau berbagi dengan sesama,” ucapnya.
Meski memberikan dampak negatif terutama dari sisi kesehatan dan ekonomi, namun terdapat hal positif dari terjadinya pandemi covid-19. Sebab, pandemi yang membuat pergerakan mobilitas masyarakat berkurang ini membuat lingkungan menjadi lebih sehat terutama berkurangnya gas emisi.
Berkaca pada studi yang dilakukan di Tiongkok pada 2020 ini bahwa ternyata dalam kurun waktu tiga bulan saja sebanyak 25 persen karbondioksida yang diemisikan di Tiongkok bisa berkurang. Udara di Jakarta waktu Work From Home (WFH) juga sangat bersih sehingga langitnya menjadi biru.
“Ini juga terjadi di Pekanbaru, Palangkaraya, dan kota-kota lainnya,” imbuhnya.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Credit: Source link