MELBOURNE, BALIPOST.com – Adanya keinginan Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk menghadiri KTT G20 yang rencananya digelar di Bali diungkapkan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva. Hal ini mendapatkan reaksi dari Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, Kamis (24/3).
Dikutip dari AFP, ia mengatakan mengizinkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk duduk bersama para pemimpin dunia lainnya pada KTT G20 tahun ini akan menjadi “langkah yang terlalu jauh”.
Putin telah diundang ke KTT para kepala negara G20 pada bulan November oleh tuan rumah tahun ini, Indonesia. Tapi Morrison merasa keberatan, dengan alasan invasi Rusia ke Ukraina.
“Saya pikir kita perlu berada dengan orang-orang di ruangan yang tidak menyerang negara lain,” katanya.
Ia mengaku telah melakukan “kontak langsung” dengan Presiden Indonesia Joko Widodo tentang kehadiran Putin di G20, yang menyatukan negara ekonomi teratas dunia, termasuk Amerika Serikat, Cina, Jepang, dan beberapa negara Eropa.
“Rusia telah menginvasi Ukraina. Ini adalah tindakan kekerasan dan agresif yang menghancurkan aturan hukum internasional,” kata Morrison pada konferensi pers di Melbourne.
“Dan gagasan untuk duduk satu meja dengan Vladimir Putin… bagi saya, adalah langkah yang terlalu jauh.”
China minggu ini menggambarkan Rusia sebagai “anggota penting” G20 dan mengatakan tidak ada anggota yang memiliki hak untuk mengusir negara lain, setelah Washington meningkatkan prospek mengecualikan Moskow.
Morrison mencatat bahwa Australia dan Belanda bulan ini juga telah meluncurkan proses hukum baru terhadap Rusia atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17, yang ditembak jatuh di Ukraina pada 17 Juli 2014, menewaskan semua orang di dalamnya.
Penyelidik internasional mengatakan itu diserang oleh rudal permukaan-ke-udara yang awalnya dibawa dari pangkalan militer Rusia. “Jadi kita tahu sikap Vladimir Putin dalam hal mengambil nyawa warga sipil yang tidak bersalah,” kata Morrison.
“Saya tidak terkejut dengan kebiadaban mereka. Saya tidak terkejut dengan arogansi mereka dalam apa yang mereka coba terapkan di Ukraina. Dan itulah mengapa Australia menjadi salah satu yang terkuat dalam mengambil tindakan terkait dengan Rusia.”
Australia hari Minggu mengumumkan larangan semua ekspor aluminium dan bauksit ke Rusia sambil menjanjikan lebih banyak senjata dan bantuan kemanusiaan ke Ukraina. Australia juga telah menjatuhkan 476 sanksi terhadap individu dan institusi Rusia sejak invasi dimulai pada 24 Februari. (Diah Dewi/balipost)
Credit: Source link