Bendera Swedia (foto: google)
Stockholm, Jurnas. com – Praktik `herd immunity` atau kekebalan kawanan yang dilakukan oleh Swedia, kini menjadi acuan dalam peperangan melawan virus corona baru (Covid-19).
Langkah karantina wilayah atau penguncian saat ini dipandang semakin tidak efektif, karena menyisakan beban perekonomian, utamanya bagi negara-negara berkembang.
Seperti diketahui, Swedia melakukan herd immunity di antara kaum muda dan bagian-bagian yang sehat dari populasinya, tanpa menempuh langkah lockdown maupun pembatasan lainnya yang umum dilakukan negara lain.
Tetangga Swedia, Denmark dan Finlandia juga telah membuka kembali sekolah untuk anak-anak kecil. Jerman mengikuti langkah serupa dengan mengizinkan usaha kecil untuk dibuka kembali.
Bahkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang awalnya mengkritik metode tersebut, akhirnya berencana untuk menempuh upaya serupa, sebagaimana dikutip dari Al-Arabiya pada Sabtu (16/5).
Alih-alih memaksakan kontrol yang keras, memberlakukan denda, dan menerjunkan aparat kepolisian, Swedia hanya meminta warganya untuk mempraktikkan jarak sosial secara sukarela.
Restoran tetap buka, meskipun hanya sedikit yang dijual. Anak-anak kecil tetap bersekolah, dan tidak ada aplikasi yang diperkenalkan untuk melacak lokasi orang.
Namun, pemerintah Swedia telah memberlakukan beberapa langkah ringan seperti melarang layanan bar, serta pertemuan publik lebih dari 50 orang. Swedia juga memberlakukan pembelajaran jarak jauh di sekolah menengah dan universitas.
Strategi pemerintah yang lebih luas tampaknya ditujukan untuk mencapai kekebalan kelompok, walaupun pihak berwenang belum mengumumkannya secara resmi.
Dalam jangka panjang, beberapa mengatakan jenis kekebalan massal ini akan mengurangi total biaya pandemi.
Namun, keberhasilan strategi Swedia sangat bergantung pada sejumlah aspek, antara lain tingkat kepercayaan yang tinggi antar masyarakat, serta antara masyarakat dengan pemerintah. Ciri-ciri ini yang jarang terjadi di luar negara Skandinavia tersebut, sehingga herd immunity lebih sulit diterapkan negara lain.
Upaya ini juga memiliki celah kelemahan. Swedia dianggap gagal melindungi populasi lansia dan imigran dari Covid-19. Terdapat lebih dari 50 persen lansia meninggal akibat Covid-19. Sementara imigran miskin yang bekerja di sektor jasa dan tidak dapat bekerja dari jarak jauh menanggung beban pandemi di negara ini.
Selain itu, pendekatan Swedia juga menarik beberapa kritik. Sementara kematian per kapita Swedia tetap lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya, namun dianggap tetap lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara Nordik lainnya.
Namun pihak berwenang Swedia bersikeras bahwa strategi itu telah terbukti efektif dalam gelombang kedua Covid-19, dengan mengurangi jumlah infeksi dan kematian ketika sebagian besar dunia mengalami gelombang baru.
Stockholm diperkirakan akan mencapai kekebalan kelompok pada awal bulan ini, menurut Anders Tegnell, kepala ahli epidemiologi di Badan Kesehatan Masyarakat Swedia.
Jika Stockholm mencapai 40 persen kekebalan, itu bisa cukup untuk menghentikan penyebaran Covid-19 pada pertengahan Juni, menurut ahli matematika Universitas Stockholm Tom Britton.
TAGS : Herd Immunity Kekebalan Kawanan Swedia Penelitian Covid-19
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/72412/Praktik-Herd-Immunity-Swedia-Jadi-Acuan-Basmi-Covid-19/