Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (Foto: AP)
Ankara, Jurnas.com – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyatakan keprihatinan terkait perkembangan terbaru di Idlib, Suriah menyusul serangan rezim Assad. Menurutnya, rezim Suriah tidak mematuhi kesepakatan gencatan senjata yang diprakarsai Turki dan Rusia.
“(Idlib) adalah bukti nyata bahwa rezim tidak mematuhi langkah-langkah yang telah kami ambil terkait gencatan senjata,” kataErdogan kepada wartawan di Istanbul, merujuk pada gencatan senjata yang dimulai sejak 12 Januari dan kesepakatan zona de-eskalasi.
Turki dan Rusia sepakat menjadikan Idlib sebagai zona de-eskalasi sejak September 2018 di mana tindakan agresi secara tegas dilarang. Namun, sejak itu, lebih dari 1.300 warga sipil tewas dalam serangan-serangan rezim dan pasukan Rusia yang terus melanggar gencatan senjata.
Lebih dari 1 juta warga Suriah terpaksa mengungsi ke dekat perbatasan Turki karena serangan besar-besaran selama setahun terakhir.
Zona de-eskalasi di Idlib kini menjadi rumah bagi sekitar 4 juta warga sipil, termasuk ratusan ribu pengungsi yang menjadi korban serangan pasukan rezim dalam beberapa tahun terakhir.
Erdogan mengingatkan akan berada di Berlin, Jerman pada Minggu (19/1) dan berencana membahas masalah Idlib secara mendalam dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela proses perdamaian Berlin.
Sejak September lalu, beberapa pertemuan tingkat tinggi diadakan di Berlin untuk mengakhiri konflik Libya. Pertemuan diadakan dengan keterlibatan Perancis, Italia, Jerman, dan Inggris. Negosiasi ini dikenal sebagai proses perdamaian Berlin.
Erdogan juga mengatakan Turki tidak akan membiarkan pemboman mobil di Suriah utara oleh teroris yang menewaskan tiga tentara Turki saat melakukan kontrol di zona Operasi Mata Air Perdamaian.
“Kami akan membuat mereka membayar untuk ini dengan cara yang sangat berbeda, sangat berat,” kata Erdogan.
Turki pada 9 Oktober meluncurkan Operation Mata Air Perdamaian untuk melenyapkan teroris YPG / PKK dari Suriah utara untuk mengamankan perbatasan Turki, membantu kembalinya pengungsi Suriah secara aman, dan memastikan integritas teritorial Suriah.
Ankara menginginkan agar teroris YPG / PKK menarik diri dari wilayah tersebut sehingga zona aman dapat dibuat untuk membuka jalan bagi kembalinya 2 juta pengungsi secara aman.
Pada 22 Oktober, Ankara dan Moskow mencapai kesepakatan di mana teroris YPG / PKK akan mundur 30 kilometer (18,6 mil) di wilayah selatan perbatasan Turki dengan Suriah.
Kedua negara juga sepakat melakukan patroli bersama di Suriah utara.
Dalam lebih dari 30 tahun aksi terornya melawan Turki, PKK – yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS dan UE – telah bertanggung jawab atas kematian 40.000 orang, termasuk wanita, anak-anak, dan bayi. YPG adalah cabang PKK di Suriah. (Anadolu)
TAGS : Presiden Turki Timur Tengah Rezim Suriah Recep Tayyip Erdogan
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin