Presiden Joko Widodo (Foto: Muti/Jurnas)
Jakarta – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengeluhkan minimnya jumlah perguruan tinggi yang masuk dalam jajaran 500 terbaik di dunia.
Padahal sudah jauh-jauh hari sebelumnya presiden menyerukan agar perguruan tinggi cepat beradaptasi dengan perubahan global, melalui penyesuaian program studi.
“Kita sudah berapa puluh tahun hanya tiga universitas yang masuk ke 500 besar. Harus kita respon dong,” kata Jokowi di depan sejumlah pimpinan perguruan tinggi negeri dan para pejabat di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di Istana Negara, pada Rabu (10/10).
Jokowi mengatakan, saat ini perguruan tinggi tidak boleh terjebak pada zona nyaman, yang menyebabkan pendidikan tinggi Indonesia lamban merespon perubahan.
Dia mencontohkan sejumlah respon yang diberikan perguruan tinggi internasional dalam menghadapi perubahan lanskap ekonomi global.
Kent State University di Ohio, Amerika Serikat, misalnya yang menyediakan program Manajemen Perhotelan dan Pariwisata di tingkat master dengan penekanan pada implikasi regional, nasional, hingga global dalam industri di lapangan.
Selain itu, ada pula universitas yang membuka program studi khusus mempelajari soal game yang biasa dimainkan anak-anak muda. Dunia game sekarang ini dinilai menjadi industri besar yang menuntut perguruan tinggi untuk masuk ke dalamnya.
“Di University of Southern California ada juga game studies. Kita harus mengerti sekarang ini anak-anak muda senang e-sport, senang Mobile Legend, dan itu mendatangkan income yang besar,” tuturnya.
Presiden juga menyoroti universitas-universitas di Tanah Air yang terkesan stagnan. Selama 30 hingga 40 tahun ke belakang, program studi yang ditawarkan sejumlah universitas tidak jauh berbeda.
“Mungkin dua atau tiga tahun yang lalu saya menyampaikan gagasan pentingnya mendirikan fakultas kopi. Saat itu ada yang tertawa. Ini industri besar kita. Saya serius ngomong seperti itu,” ujarnya.
Terhadap gagasan itu, Presiden menceritakan ada salah satu SMK di Jawa Barat yang membuka jurusan tentang studi komoditas kopi. Jokowi sangat mengapresiasi inisiatif SMK ini karena memang Jawa Barat memiliki potensi yang besar akan komoditas kopi.
“Pendidikan tinggi harusnya tidak kalah inovatif dengan SMK. Gagasan fakultas kopi ini serius harus kita pikirkan bersama. Bukan hanya kopi saja, produk-produk yang memiliki kekuatan komoditas kita juga,” sambungnya.
Bahkan di negara lain, lanjutnya, studi mengenai kopi ini tidak hanya dilakukan di tingkat fakultas, namun terlembaga ke dalam sebuah institusi. Di sana, produk kopi dipelajari, diteliti, dan diajarkan mulai dari cara bertanam, pengolahan, hingga sampai ke pasar industri.
“Ini sebuah studi multidisiplin dan mengelola omzet ekonomi kelas dunia yang besar. Jangan dipikir ini pekerjaan yang mudah, sulit sekali. Bagi Indonesia sebagai pekebun kopi tentu ini memberikan nilai lebih yang sangat besar,” tandasnya.
TAGS : Pendidikan Perguruan Tinggi Jokowi
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/42037/Presiden-Keluhkan-Minimnya-Perguruan-Tinggi-di-500-Besar-Dunia/