SINGARAJA, BALIPOST.com – Tingkat produktiftas lahan sawah di Buleleng tahun 2020 mengalami penurunan signifikan. Buktinya, dalam setahun yang lalu, produksi beras lokal Buleleng turun hingga mencapai 1.000 ton.
Meski mengalami penurunan, namun kekurangan produksi itu ditutupi dengan pasokan beras dari kabupaten lain di Bali dan juga mengandalkan pasokan beras dari provinsi lain lain di Indonesia.
Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) Buleleng Made Sumiarta, Rabu (5/5), membenarkan produksi beras lokal turun signifikan dibantingkan tahun sebelumnya. Kadistan Sumiarta menyebut, luas sawah produktif di daerahnya saat ini seluas 9.048 hektare.
Dari luas lahan sawah itu, tahun 2020 yang lalu mengalami penurunan produksi beras mencapai 1.000 ton. Penurunan ini tergolong parah. “Berdasarkan data yang kita peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2020 memang terjadi penurunan produksi beras sekitar 1.000 ton dan dari data itu yang paling parah dibanding tahun sebelumnya,” katanya.
Menurut Kadistan Sumiarta, ada beberapa faktor penting yang menyebabkan mengapa produksi beras lokal di Bali Utara turun drastis. Faktor itu mulai dari penyempitan lahan sawah akibat gelombang alihfungsi sawah menajdi perumahan atau fungsi yang lain.
Ada juga faktor serangan hama dan penyakit yang belum ditangani dengan optimal oleh para petani. Tidak ketinggalan faktor cuaca yang kurang bersahabat turut memicu penurunan produksi beras selama setahun yang lalu.
Tidak itu saja, Kadistan Sumiarta memprediksi, mengapa produksi beras Buleleng turun, karena bisa saja banyak petani menjual gabah mereka kepada tengkulak. Setelah panen, tengkulak ini mengolah gabah ke luar Buleleng.
Dengan demikian, gabah yang diolah menjadi beras di daerah sendiri menjadi turun. “Ada banyak faktor penyebab penurunan, termasuk karena pandemi Covid-19 ini menyebabkan petani kesulitan modal untuk mengolah lahan sawah mereka,” tegasnya.
Di sisi lain, Kadistan Sumiarta menyebut penurunan produksi beras lokal itu otomatis berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan beras untuk warga. Apalagi, memasuki hari raya Lebaran Idul Fitri 2021 memerlukan ketersedian stok beras memadai.
Meski begitu, kondisi ini masih bisa diatasi dengan mengandlakan pasokan beras dari luar Buleleng. “Sudah pasti berdmapak pemenuhan kebutuhan beras di daerah kita, namun ini masih diatasi dengan pasokan beras dari luar Buleleng dan bahkan dari luar Provinsi Bali juga bisa mentupi penurunan produksi beras lokal kita,” tegasnya.
Ia mengatakan saat ini pihaknya berupaya menggenjot produksi pangan non beras. Dari data yang ada potensi lahan kering di Bali Utara sekarang tercatat seluas 2.400 hektare.
Lahan ini menyebar di Kecamatan Tejakula, Sawan, Seririt, dan Kecamatan Gerokgak. Saat ini budidaya pangan non beras yang digalakkan adalah menanam sorgum. (Mudiarta/balipost)
Credit: Source link