Jakarta (ANTARA) – PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI), sebuah perusahaan joint venture antara PT Michelin Indonesia dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk berkomitmen untuk selalu menghasilkan bahan baku setengah jadi yang ramah lingkungan untuk kebutuhan ban pada setiap kendaraan.
“Memasuki tahun ke-5 ini, kami tegaskan kembali komitmen kami terhadap penciptaan nilai tambah melalui produk berkualitas tinggi, praktik berkelanjutan, dan dukungan terhadap industri ban ramah lingkungan,” kata Direktur Utama PT Synthetic Rubber Indonesia Michel Lefebvre di pabrik PT SRI Cilegon, Banten, Kamis.
Produk-produk ramah lingkungan ini memang sedang menjadi konsentrasi pemerintah Indonesia dan juga dunia, guna memerangi pemanasan global yang saat ini menjadi musuh bersama.
Baca juga: Michelin Indonesia rilis ban performa tinggi namun cocok untuk harian
Oleh karena itu, PT SRI yang memiliki lisensi pemrosesan karet sintetis dari Michlein ini tidak sulit untuk menghasilkan produk-produk ramah lingkungan yang diklaimnya dapat mencegah pemborosan energi, mengurangi emisi CO2 serta pada ujungnya akan menghasilkan produk yang meningkatkan efisiensi bahan bakar.
“PT SRI memiliki DNA Michelin dalam proses dan teknologinya. Baik Michelin maupun Chandra Asri adalah pemimpin di masing-masing industri, dan kekuatan gabungan dua perusahaan tersebut telah “melahirkan” pemimpin di industri karet sintetis,” ucap President Director PT Michelin Indonesia Sai Banu Ramani di lokasi yang sama.
Menurut dia, PT SRI merupakan bagian penting bagi rantai pasok Michelin secara global, mengingat Michelin hanya memiliki tiga pabrik elastomer di dunia dan Indonesia adalah salah satu negara terpilih yang diwakili oleh PT SRI.
Baca juga: Bridgestone siap layani kebutuhan ban EV jika dibutuhkan
Menyerap pasar ekspor
Hasil produk dari PT SRI yang sudah memanfaatkan teknologi ini di sebagai besar fasilitasnya, tidak hanya mengincar pasar lokal. sebanyak 90 persen lebih barang-barang produksi pabrik ini diekspor ke-10 negara.
Negara yang terbesar menerima hasil barang setengah matang untuk kebutuhan ban-ban Michelin ini adalah China dan Thailand. Negara-negara ini sangat aktif dalam menerima produk yang dihasilkan oleh PT SRI.
“Sebanyak 90 persen dari produk PT SRI diserap oleh pasar ekspor ke lebih dari 10 negara, dengan nilai kontribusi terhadap cadangan devisa sebesar lebih dari 250 juta dolar AS. Kami berharap dapat memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi Indonesia melalui pengurangan impor bahan baku dan menambah volume ekspor,” ucap Michel Lefebvre.
Dengan begitu pabrik yang sudah akrab dengan robotisasi dan memiliki luas sekitar 25 hektar dengan kapasitas produksi mencapai 120 ribu ton dalam satu tahunnya ini sangat bisa diterima oleh pasar-pasar luar negeri seperti China, Thailand, Amerika dan juga Eropa.
Hal itu dilakukan oleh PT SRI, PT Michelin Indonesia dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk karena adanya peningkatan permintaan produk karet sintetis berkualitas tinggi, terutama untuk memenuhi pasar industri ban kendaraan yang pada tahun 2022 mencapai 245,53 miliar dolar AS atau setara dengan Rp3,8 kuadriliun.
Baca juga: Dunlop Indonesia gelar kampanye keamanan untuk konsumen
“China dan Thailand menjadi pasar yang cukup subur untuk perusahaan kita, selanjutnya baru Eropa dan juga Amerika,” ucap Michel Lefebvre.
Sejak beroperasi pertama kali para 2013 lalu, PT SRI merupakan pabrik Solution Styrene Butadiene Rubber (SSBR) pertama dan satu-satunya di Indonesia.
SSBR merupakan bahan baku terbaik untuk memproduksi kompon telapak ban berperforma tinggi, khususnya untuk ban dengan hambatan gelinding rendah (low-rolling resistance) dan untuk segmen ban performa tinggi.
Untuk itu, dalam produksinya pabrik yang berlokasi di Kawasan Industri Pancapuri, Cilegon, Banten tersebut, PT SRI menerapkan standar keselamatan Michelin yang tinggi, serta memaksimalkan penyerapan talenta lokal Cilegon dan sekitarnya sebagai karyawan dan kontraktor.
Baca juga: Bridgestone Indonesia kembali jadi ban resmi mobil terbaru Toyota
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023
Credit: Source link