JawaPos.com – Baju kebaya biasanya memang dikenakan saat acara formal seperti kenegaraan, pernikahan hingga perayaan hari nasional. Namun, seiring berkembangnya tren mode, kebaya kini harusnya bisa digunakan sebagai busana sehari-hari seperti dulu.
Seperti yang dilakukan Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) dan Pertiwi Indonesia lewat dukungannya beberapa waktu lalu lewat Car Free Day (CFD) Berkebaya ‘Kebaya Goes to Unesco’. Diungkapkan Ketua Umum Pertiwi Indonesia, Antarina F. Amir, kebaya hadir di berbagai budaya daerah Indonesia. Dengan keunikan masing-masing, kebaya bisa harusnya bisa dikenakan sebagai busana harian yang dipadupadankan dengan bawahan kekinian maupun kain nusantara.
Terlebih, kebaya juga bisa menjadi ekspresi berpakaian bagi perempuan muslimah yang berbadu indah dengan beragam jenis kerudung atau penutup kepala. Sehingga, kebaya sebenarnya bisa merangkul semua kalangan.
“Jalan kaki bersama dengan menggunakan baju kebaya sebagai wujud apresiasi, dan juga mengekspresikan bagaimana kebaya menjadi pakaian khas yang bisa menjadi busana sehari-hari perempuan Indonesa yang sangat indah,” ujar Antarina.
Disamping itu, tradisi berkebaya dipadu berbagai kain khas Indonesia bukan saja akan mengasah kecintaan pada tanah air, tapi juga memberikan kontribusi penting kepada para pengrajin di dalam negeri. Bahkan peningkatan ekonomi UMKM dari hulu ke hilir.
Untuk itu, diungkapkan Ketua Umum PBI Rahmi Hidayati, dalam Kongres Berkebaya Nasional yang diadakan PBI tahun lalu, antara lain diusulkan soal Penetapan Hari Berkebaya Nasional dan Pendaftaran Kebaya ke Unesco agar keberadaannya sebagai warisan budaya nenek moyang.
Dalam penyelenggaraan yang pertama ini CFD Berkebaya mendaparkan dukungan dari 3000 perempuan yang mendaftarkan diri untuk berpartisipasi. Dalam pelaksanaannya, panitia melakukan pengaturan yang rapi dengan membagi peserta menjadi kloter per 200 orang yang akan mendapat pengawalan dari tim panitia bersepeda.
Editor : Nurul Adriyana Salbiah
Credit: Source link