DENPASAR, BALIPOST.com -Sampah plastik masih menjadi pekerjaan rumah besar yang belum berhasil ditangani Indonesia. Dalam upaya menekan jumlah sampah plastik yang dibuang ke lingkungan, pabrik daur ulang botol plastik dengan investasi ratusan miliar rupiah dibangun di Bekasi, Jawa Barat.
Dalam peletakan batu pertama dimulainya pembangunan pabrik ini, Senin (5/4), yang disiarkan lewat aplikasi Zoom, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan sektor industri bisa berdampingan dengan lingkungan hidup. Investasi yang akan dilaksanakan oleh Coca Cola Amatil dan Dynapack menjadi penting karena merupakan bagian dari upaya pemerintah memgurangi 70 persen sampah plastik di Indonesia. “Zero waste economy, circular economy pasti mungkin, karena teknologi bergerak ke sana,” kata Agus.
Ia mengatakan investasi ini tidak saja mendapatkan hasil tapi juga mendorong investasi berkelanjutan. Ia menyambut baik adanya pabrik daur ulang botol plastik ini karena didukung pemulung yang jumlahnya cukup besar mencapai 4-5 juta orang. Ini, bisa membantu menggerakkan ekonomi dan membantu mengurangi impor melalui substitusi produk.
Disebutkannya, pabrik daur ulang ini menunjukkan bahwa sampah plastik memiliki nilai ekonomi cukup baik. “Para stakeholders harus berbagi tanggung jawab. Pemerintah menyiapkan regulasi, baik insentif maupun pengawasan regulasi yang ditetapkan dan penyediaan sarana serta prasarana,” jelasnya.
Industri mamin sebagai pengguna kemasan plastik diminta efisien. Juga melakukan upaya mengolah sampah plastik menjadi produk yang memiliki nilai keekonomian.
Coca-Cola Amatil Indonesia (Amatil Indonesia) dan Dynapack Asia mengumumkan pembangunan fasilitas daur ulang Polyethylene Terephthalate (PET) seluas 20.000 meter persegi yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat. Melalui investasi terbaru senilai AUD 50,51 juta (Rp 556,2 miliar), Amatil Indonesia dan Dynapack Asia akan menciptakan siklus tertutup (closed-loop) untuk kemasan plastik minuman dengan memproduksi pelet plastik yang aman untuk makanan dan minuman yang terbuat dari botol plastik pascakonsumsi.
Dalam acara peletakan batu pertama hari ini, Amatil Indonesia dan Dynapack Asia juga memperkenalkan PT Amandina Bumi Nusantara dan Mahija Parahita Nusantara. Amandina memiliki peran sebagai entitas yang akan mengoperasikan fasilitas rPET dan mengolah kembali limbah PET berkualitas rendah menjadi PET berkualitas tinggi menggunakan teknologi terbarukan yang terdepan.
Sedangkan Mahija Paramita Nusantara, yayasan non-profit yang akan mendukung pengelolaan collection center, memastikan pemenuhan hak asasi manusia dan regulasi dalam rantai kegiatan pengumpulan sampah, pelaksanakan berbagai inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan para pemulung dan masyarakat, serta menjalankan penelitian dan pengembangan tentang peluang peningkatan daur ulang dan program lain terkait pemanfaatan PET dan pengumpulan plastik.
Presiden Direktur Coca-Cola Amatil Indonesia dan Kepala (Chairman) PT Amandina Bumi Nusantara, Kadir Gunduz, mengatakan bahwa kolaborasi antara Amatil Indonesia dan Dynapack juga sejalan dengan Sustainability Ambitions 2020-2040 Coca-Cola Amatil yang baru saja diumumkan. Salah satu fokus utama dalam Sustainability Ambitions 2020-2040 tersebut berkomitmen untuk menciptakan siklus tertutup pada kemasan dengan mencapai tingkat daur ulang atau konten terbarukan di setiap kemasan pada tahun 2030 sebesar 50 persen.
Sebagai bagian dari The Coca-Cola System Sustainable Packaging Strategy, inisiatif ini juga sejalan dengan visi The Coca-Cola Company (TCCC) “World Without Waste” yang berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi pengelolaan kemasan plastik pascakonsumsi dalam kerangka Ekonomi Sirkular secara global.
“Fasilitas ini akan mulai beroperasi di tahun 2022 dan memiliki kapasitas untuk mengurangi jumlah resin plastik baru yang digunakan perusahaan sekitar 25.000 ton setiap tahun, perluasan industri dan percepatan laju daur ulang. Sebagai bagian dari anggota dewan di Kemitraan Aksi Plastik Nasional Indonesia (National Plastic Action Partnership/NPAP), kami berkomitmen untuk mendukung Rencana Aksi Nasional Indonesia dalam mencapai pengurangan sampah plastik laut sebesar 70% pada tahun 2025,” jelas Kadir.
Kadir juga menambahkan bahwa investasi ini dijalankan melalui kolaborasi bersama pemangku kepentingan di rantai pengumpulan sampah kemasan, usaha bisnis skala mikro, dan pemulung, dengan mendukung mereka untuk bertumbuh secara efisien dalam bisnisnya. Dalam jangka panjang, kami akan membawa perubahan positif bagi pengelolaan sampah plastik di Indonesia dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di rantai pengumpulan sampah kemasan dengan mendukung sektor daur ulang informal.
Group Managing Director Coca Cola Amatil, Alison Watkins, mengatakan bahwa baru-baru ini Coca Cola mengeluarkan sejumlah ambisi keberlanjutan untuk target 2020-2040 di sejumlah area. Diantaranya terkait packaging (kemasan), air, dan reduksi karbon. “Kami percaya, kami bisa menciptakan nilai tambah bagi seluruh stakeholders. Dengan adanya pembangunan pabrik daur ulang botol plastik ini, kami berupaya untuk mewujudkan ambisi dalam hal kemasan,” ujarnya
CEO Dynapack Asia Tirtadjaja Hambali menyatakan, pihaknya senang dapat bekerja sama dengan Coca-Cola Amatil Indonesia dalam inisiatif terbarukan ini. “Ini untuk mendukung komitmen Dynapack Asia bersama Ellen McArthur Foundation untuk menggunakan setidaknya 25 persen bahan resin daur ulang dalam kemasan produk pada tahun 2025.”
Presiden Direktur PT Amandina Bumi Nusantara Emmeline Hambali mengatakan, “Peletakan batu pertama PT Amandina Bumi Nusantara merupakan suatu langkah baru untuk memperkuat komitmen kami dalam mengurangi polusi plastik sekaligus mengurangi jejak karbon perusahaan.
Kami berharap kedepannya akan banyak kolaborasi dan inisiatif untuk meningkatkan solusi siklus tertutup.”
Bersama dengan Dynapack Asia, Amatil Indonesia telah mendukung banyak inisiatif untuk membantu mengumpulkan dan mendaur ulang kemasan minuman, diantaranya program pembersihan pantai harian, Bali Beach Clean-Up, yang telah berjalan selama lebih dari 13 tahun untuk mengumpulkan lebih dari 40.000 ton serta beberapa program lingkungan lainnya. (Diah Dewi/balipost)
Credit: Source link